Headline
Koruptor mestinya dihukum seberat-beratnya.
Transisi lingkungan, transisi perilaku, dan transisi teknologi memudahkan orang berperilaku yang berisiko.
Perajin gula semut di selatan Cianjur, Jawa Barat, kesulitan mendapatkan bahan baku air lahang sejak tiga bulan terakhir karena selama kemarau air lahang dari pohon kelapa terus berkurang, sehingga pengrajin kesulitan memenuhi pesanan dari luar kota seperti Jabodetabek.
"Selama kemarau sejak tiga bulan terakhir, produksi gula semut mengalami penurunan. Kemarau membuat debit air lahang yang dihasilkan pohon kelapa hanya sedikit," kata Ridwan (43) petani gula semut di Desa Hegarsari, Kecamatan Sindangbarang saat dihubungi Rabu (12/8).
Ketahui potensi ekspor gula semut: https://mediaindonesia.com/read/detail/203373-produsen-asli-gula-semut-ditantang-masuk-pasar-ekspor
Ia menjelaskan, menurunnya produksi lahang tersebut sangat terasa sejak satu bulan terakhir, dari 25 pohon kelapa yang biasa menyuplai air lahang sebagai bahan baku hanya mampu diolah menjadi delapan kilogram gula semut setiap harinya.
"Sebelum musim kemarau dari 25 pohon, kami mampu mendapatkan 18 sampai 23 kilo gula kelapa dalam satu hari. Namun sejak satu bulan terakhir, air lahang terus menurun, sehingga dari 25 pohon hanya bisa menjadi 8 kilogram gula semut," katanya.
Menurunnya produksi gula tersebut tidak membuat harga gula menjadi naik, saat ini harga gula per kilogram di tingkat bandar Rp12.000. Namun untuk memenuhi pesanan dari pelanggan di luar kota, ungkap dia, perajin di wilaya tersebut cukup kesulitan karena minimnya bahan baku.
Bahkan beberapa orang perajin terpaksa menolak pesanan dari luar kota seperti Jabodetabek karena minimnya bahan baku. Pengrajin berharap musim hujan segera turun agar stok bahan baku di pohon kelapa kembali melimpah dan produksi kembali normal.
"Kalau sebelum sulit mendapat bahan baku, setiap minggunya kami bisa mendapatkan Rp1.932.000 namun kini sangat menurun. Sekarang dalam satu minggu hanya mendapatkan Rp672.000, belum ditambah beli kebutuhan bahan, paling sisanya Rp272.000," katanya. (OL-12)
Di musim kemarun ini, BPBD mengimbau masyarakat untuk tetap waspada dan tidak membuka kebun dengan cara membakar hutan dan lahan.
SEBANYAK 10,25 hektare lahan pertanian di Tanah Datar terdampak kekeringan, dan 5,25 hektare di antaranya sudah dinyatakan puso atau gagal panen.
Dwikorita juga menegaskan pentingnya kesiapsiagaan berbagai pihak, termasuk pemerintah daerah dan masyarakat, untuk merespons dinamika iklim yang semakin tidak menentu.
Fenomena kemarau basah saat ini terjadi di beberapa daerah Indonesia. Berbeda dengan kemarau biasa yang kering dengan sedikit hujan, kemarau basah justru ditandai dengan hujan yang turun
Sebagai bentuk respons, BPBD Kabupaten Demak bersama sejumlah pihak melakukan penanganan darurat, termasuk penutupan tanggul, pompanisasi di titik kritis.
Usulan ini didasarkan pada data BMKG yang memprediksi puncak musim kemarau akan berlangsung pada Juli-Agustus mendatang
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved