Headline

Setnov telah mendapat remisi 28 bulan 15 hari.

Jelang RDG, LPEM UI Sarankan BI Turunkan Suku Bunga

Despian Nurhidayat
16/6/2020 20:27
Jelang RDG, LPEM UI Sarankan BI Turunkan Suku Bunga
Gubernur BI Perry Warjiyo (tengah) menyampaikan hasil Rapat Dewan Gubernur di Jakarta, Kamis (20/2).(Antara)


Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) FEB Universitas Indonesia (UI) menyarankan Bank Indonesia (BI) untuk menahan suku bunga kebijakan sebesar 25 bps menjadi 4,25% pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI yang akan dilaksanakan pada 17-18 Juni 2020.

Keputusan ini perlu diambil lantaran tim riset LPEM FEB UI menilai hal ini dapat dilakukan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi bersamaan dengan mempertahankan stabilitas sistem keuangan.

"Mengingat nilai rupiah yang relatif terkendali, cadangan devisa yang mencukupi, dan permintaan valas yang terbatas dari aktivitas impor dalam waktu dekat, kami melihat BI perlu menurunkan suku bunga kebijakan sebesar 25 bps menjadi 4,25% bulan ini," tulis Ketua Peneliti untuk sektor kebijakan makroekonomi dan finansial LPEM FEB UI Teuku Riefky dalam laporan hasil penelitian yang diterima Media Indonesia, Senin (16/6).

Lebih lanjut, seperti yang diketahui beberapa negara, termasuk Indonesia diketahui telah mulai membuka kembali ekonomi dan melonggarkan pencegahan pandemi sebagai upaya pemulihan kontraksi akibat covid-19.

Meskipun puncak pandemi dan penyelesaiannya masih belum pasti, Indonesia memutuskan untuk secara bertahap menghidupkan kembali perekonomian dengan melonggarkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) menuju kenormalan baru (new normal).

"Hingga saat ini, pandemi telah berdampak pada seluruh aspek ekonomi seiring dengan gangguan rantai pasok global dan melemahnya permintaan. Penurunan konsumsi dan investasi pun tidak dapat dihindari," sambungnya.

Menurut Riefky, telah terjadi penurunan ekspor secara signifikan sementara impor anjlok lebih dalam. Kondisi ini mencerminkan prospek ekonomi yang suram dalam waktu dekat karena jatuhnya impor, yang didominasi oleh bahan baku dan barang modal, memberikan sinyal kontraksi ke sektor riil.

Di sisi lain, terdapat hal positif yakni inflasi tetap rendah dan terkendali karena penurunan permintaan meredam inflasi yang bersumber dari kenaikan biaya produksi.

"Di pasar keuangan sendiri, rupiah secara bertahap menguat sejak awal Mei, sejalan dengan masuknya aliran portofolio. Namun, sentimen negatif akibat gelombang kedua pandemi di beberapa negara telah menyebabkan investor memindahkan aset mereka dari pasar negara berkembang ke aset safe-haven selama tiga hari terakhir," ujar Riefky.

Riefky menambahkan bahwa flight-to-safety besar-besaran telah membawa rupiah kembali ke sekitar Rp14.200 dari Rp13.840 minggu lalu.

Meski demikian, sejak akhir bulan April, Indonesia telah mengungguli pasar negara berkembang lainnya, yang ditandai dengan rendahnya depresiasi rupiah dibandingkan mata uang negara lain.

"Ini kurang lebih mencerminkan kondisi pasar keuangan Indonesia yang cukup meyakinkan dan relatif kuat, berkat upaya BI dan pemerintah dalam mengelola volatilitas selama pandemi," pungkasnya. (E-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Heryadi
Berita Lainnya