Headline

RI dan Uni Eropa menyepakati seluruh poin perjanjian

Fokus

Indonesia memiliki banyak potensi dan kekuatan sebagai daya tawar dalam negosiasi.

Ujian pada Kecepatan dan Ketepatan

Despian Nurhidayat
16/6/2020 06:30
Ujian pada Kecepatan dan Ketepatan
Sri Mul­yani, Menteri Keuangan.(MI/PIUS ERLANGGA)

PEMERINTAH menegaskan upaya pemulihan ekonomi Indonesia dari dampak wabah covid-19 dilakukan secara cepat dan tepat agar tidak terjadi moral hazard.

Menteri Keuangan Sri Mul­yani menyatakan pemerintah saat ini memiliki dua tantangan yang besar dalam menggunakan anggaran pemulihan senilai Rp677,2 triliun tersebut, yakni dari sisi penyaluran dan penargetan terhadap sektor terdampak.

“Langkah-langkah cepat ini ada konsekuensinya. Anggaran meningkat, namun akan muncul tatanan kedua, yaitu dari sisi delivery dan targeting,” ujarnya dalam Rakornas Pengawasan Intern Pemerintah Tahun 2020 di Jakarta, kemarin.

Menurutnya, saat ini pemerintah sedang sangat diuji melalui kecepatan dan ketepatan dalam membuat kebijakan merespons perkembangan wabah covid-19 yang akan selalu dinamis.

“Perubahan APBN dan APBD yang begitu cepat dan dalam situasi emergency pada 2020 ini pasti memberikan konsekuensi terhadap kepatuhan akan tata kelola dan akuntabilitas,” tegas Sri Mulyani.

Oleh sebab itu, Sri Mulyani menegaskan meskipun upaya pemulihan ekonomi dilakukan secara cepat dan tepat, pelaksanaannya tetap harus mengedepankan tata kelola yang baik serta akuntabel.

“Tadi disampaikan Bapak Presiden kalau kita tidak memiliki niat buruk, seharusnya seluruh aparat merasa cukup tenang dan percaya diri untuk melaksanakan tugas-tugas kedaruratan ini,” tegasnya.

Sri Mulyani berharap pengawasan secara internal terhadap upaya pemulihan ekonomi dapat ditingkatkan, baik melalui inspektorat jenderal maupun Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP).

Menurut Sri Mulyani, pengawasan harus ditingkatkan mengingat program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) masih akan terus bergerak dan termodifikasi sehingga potensi moral hazard dapat diminimalisasi. “Kita perlu menjaga agar aspek moral hazard bisa ditangani tanpa mengurangi kecepatan dan ketepatan dalam melakukan penanganan covid-19, baik dalam bidang kesehatan, sosial, ekonomi, maupun keuangan,” tandasnya.

Daya beli

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan I 2020 masih lebih baik di antara negara lain.

Pasalnya, pertumbuhan eko­nomi Indonesia yang menyen­tuh angka 2,97% dikatakan lebih positif, khususnya di kawasan Asia.

“Kita punya resiliensi lebih kuat dari negara lain karena hanya tiga negara yang masih positif, yaitu Tiongkok, India, dan Indonesia,” ungkapnya.

Airlangga menegaskan bahwa faktor yang memengaruhi pertumbuhan ekonomi tersebut ialah tingginya daya beli masyarakat di dalam negeri.

“Tiongkok, India, Indonesia, ini kuncinya daya beli domestik sehingga dalam situasi ini, domestic demand itu aset nasional,” ujar Airlangga.

Dia juga melanjutkan bahwa perekonomian global sudah mulai mengalami perbaikan sejak awal Juni seiring diterapkannya kenormalan baru (new normal) di berbagai negara. “Kapitalisasi pasar yang jatuh US$60 triliun pada April ini sudah naik jadi US$ 83 triliun. Harga minyak yang pernah turun juga membaik. CDS lebih baik dari negara lain, termasuk ada perbaikan nilai tukar kembali ke Rp14.133,” pungkasnya. (E-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya