Headline
RI dan Uni Eropa menyepakati seluruh poin perjanjian
Indonesia memiliki banyak potensi dan kekuatan sebagai daya tawar dalam negosiasi.
KEPERCAYAAN terhadap prospek ekonomi Indonesia ke depan terus membaik. Para pelaku perdagangan atau investor di pasar keuangan pun terus memburu aset rupiah.
Dalam lelang surat utang negara pada 2 Juni lalu, misalnya, total penawaran yang masuk mencapai Rp105,27 triliun dan akhirnya diserap pemerintah sebesar Rp24,35 triliun.
Di pasar modal, investor asing terus meningkatkan pembelian saham. Dalam perdagangan di bursa saham kemarin ini asing mencatat nilai pembelian bersih Rp1,5 triliun. Jumlah itu melonjak jika dibandingkan dengan hari sebelumnya yang berjumlah Rp780-an miliar.
Seiring dengan derasnya animo investor dan semakin pulihnya kepercayaan asing, nilai tukar rupiah diperdagangkan makin mendekati level 14.000 per US$. Rupiah ditutup menguat 320 poin atau 2,22% menjadi 14.095 per US$ dari sebelumnya 14.415 per US$.
Sementara itu, IHSG di Bursa Efek Indonesia naik 93 poin atau 1,93% mendekati level 5.000 dan bertengger di 4.941 dengan nilai perdagangan mencapai Rp11,13 triliun.
Analis Central Capital Futures Wahyu Laksono di Jakarta mengatakan rupiah berpotensi menguat menembus level psikologis 14.000 per US$ dalam pekan ini. “Rupiah sangat mungkin menyentuh 14.000, bahkan di bawah itu,” kata Wahyu seperti dikutip dari Antara.
Direktur Riset CORE Indonesia, Piter Abdullah, menilai tren penguatan rupiah bisa terus berlanjut apabila kenormalan baru atau new normal berjalan dengan lancar.
“Kalau pelonggaran aktivitas ekonomi baik di global maupun dalam negeri berjalan lancar, penguatan rupiah bisa berlanjut,” ujar Piter kepada Media Indonesia.
Potensi gelombang kedua penyebaran virus covid-19 tetap perlu diwaspadai meski dampaknya tidak akan menimbulkan koreksi penguatan rupiah secara tajam.
“Kalaupun ada koreksi, tidak akan tajam. Rupiah cenderung akan terus menguat, didukung likuiditas global yang cukup berlimpah akibat stimulus yang dikeluarkan banyak negara,” pungkasnya.
Cadangan devisa meningkat
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menilai peluang rupiah tidak lepas dari koordinasi kebijakan yang baik.
“Koordinasi yang erat antara kebijakan fiskal, moneter, dan juga sektor keuangan mendukung stabilitas dan confidence pasar, investor dalam dan luar negeri, untuk ekonomi kita,” ujarnya.
Perry juga mengatakan inflasi tahunan masih tergolong rendah, yakni 2,19%.
Untuk cadangan devisa, Perry menyebut posisinya kini meningkat dari posisi pada akhir bulan lalu. Posisi cadangan devisa pada akhir Maret lalu sempat turun ke posisi US$121,0 miliar dan pada April naik kembali menjadi US$127,9 miliar.
“Bulan ini juga akan meningkat, nanti pada 8 Juni akan diumumkan posisinya per akhir Mei 2020. Jumlahnya lebih tinggi daripada akhir bulan yang lalu (April),” ucapnya. (Dhk/E-1)
Komisi VII Dewan Perwakilan Rakyat RI menyebut realiasai investasi di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Industropolis Batang atau Kawasan Industri Terpadu Batang (KITB) masih jauh dari target.
Pasar modal Indonesia masih menghadapi tekanan pada 2025 ditandai pelemahan indeks dan arus keluar dana asing.
Bank Indonesia mengungkapkan posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Juni 2025 tercatat sebesar US$152,6 miliar atau senilai Rp2.477 triliun.
PERIODE transisi pemerintahan dinilai menjadi salah satu faktor yang menyebabkan gagalnya investasi senilai Rp1.500 triliun masuk ke Indonesia pada tahun lalu.
Melalui e-Voting, investor dapat berpartisipasi dalam pengambilan keputusan saat RUPS berlangsung tanpa harus hadir di lokasi.
HINGGA akhir April 2025, data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) menunjukkan jumlah investor saham di pasar modal hampir menyentuh angka 6,9 juta investor.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved