Headline
Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.
Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.
MENTERI Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo kerap menekankan berbagai upaya untuk menjamin pangan agar tersedia bagi 267 juta rakyat Indonesia, terlebih dalam masa pandemi Covid-19 saat ini. Salah satunya dengan memastikan bahwa petani tetap berproduksi dengan memberikan jaminan harga jual yang wajar di tingkat petani.
Hal tersebut kembali ditekankan oleh Kepala Badan Ketahanan Pangan Kementan, Agung Hendriadi pada saat Diskusi Online atau Webinar dengan tema “Strategi Pengamanan Pangan Saat dan Pasca Covid-19" yang diselenggarakan Perhimpunan Agronomi Indonesia (Peragi), pada Kamis (14/5).
Selain memastikan petani tetap berproduksi, Agung menambahkan pentingnya memperhatikan pola konsumsi masyarakat dengan meningkatkan keberagaman dan kualitasnya.
Beberapa langkah antisipasi, diakui Agung, telah dipersiapkan Kementan dalam menghadapi dampak Covid-19, antisipasi pertama adalah menjamin ketersediaan pangan nasional.
“Ketersediaan pangan kita sampai dengan Juni 2020 aman, memang ada komoditas yang pemenuhannya masih dipenuhi dari impor, namun secara nasional cukup,” ungkapnya.
Langkah kedua, ungkap Agung, adalah perbaikan distribusi dan sistem logistik pangan nasional. “Kita buat kajian dengan stakeholder terkait, terkait konsep national and regional food hub,” katanya.
Ditambahkan Agung, tidak bisa dipungkiri dampak Covid-19 mempengaruhi distribusi pangan antarprovinsi. Untuk itu pihaknya mengatakan terus mengupayakan kelancaran distribusi komoditas seperti bawang dan cabai dengan memberikan subsidi biaya transportasi distribusi antar wilayah tersebut.
Lebih lanjut Agung menjelaskan bahwa langkah antisipasi yang juga penting adalah penguatan cadangan pangan pemerintah di provinsi/ kabupaten dan lumbung pangan masyarakat.
“Lumbung pangan masyarakat, sesuai UU 18/2012 dan PP 17/2015 bahwa provinsi dan kabupaten/kota harus punya cadangan pangan pemerintah daerah. Namun nyatanya masih ada daerah yang belum punya. Karena itu, kita mendorong penguatan cadangan pangan ini,” terang Agung.
Upaya antisipatif yang juga dilakukan adalah percepatan realisasi bantuan pemerintah, percepatan musim tanam kedua, penyaluran sarana produksi dan ekstensifikasi lahan rawa.
Ia menekankan juga pentingnya meningkatkan produksi dan konsumsi pangan lokal dengan mendorong di daerah untuk menyediakan pangannya sendiri melalui pertanian keluarga atau family farming.
“Beberapa skema yang kita introduce ke masyarakat yaitu family farming atau Pengembangan Pangan Lokal (P2L), kalau ini dikerjakan dengan baik mereka akan bisa memenuhi kebutuhan pangan sendiri paling tidak beberapa komoditas seperti buah dan sayuran” ujarnya.
Selaras dengan Agung, Wakil Menteri Pertanian 2011-2014 Rusman Heriawan yang hadir sebagai narasumber mengatakan bahwa dampak pandemi Covid-19 ini memukul berbagai sektor. Namun sektor pertanian masih tetap berlangsung karena menyangkut pangan sebagai kebutuhan dasar.
Rusman juga memandang perlunya mendorong secara terus menerus dan konsisten diversifikasi pangan dengan memperkuat pangan lokal.
Demikian pula Ketua Ketua Tani Nelayan Andalan (KTNA) Winarno Tohir, menyatakan perlunya masyarakat mengoptimalkan pangan lokal mengingat kondisi pandemi menuntut setiap negara membatasi produk pangannya untuk keluar.
“Kalau impor kita susah mengapa kita tidak mengoptimalkan komoditas pangan lokal kita,” ujar Winarno.
Sementara itu, pengamat pertanian Bustanul Arifin menekankan perlunya memperhatikan protokol kesehatan dan praktik Good Agricultural Process (GAP) yang baik dalam mengupayakan strategi urban farming dan pemanfaatan lahan pekarangan. (OL-09)
Badan Pangan Nasional (Bapanas) berkomitmen terus membantu pengembangan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di sektor pangan lokal.
Pengaruh El-Nino membuat masa panen di Kabupaten Kuningan yang seharusnya dilakukan Maret mundur sebulan.
Pemerintah daerah perlu turun tangan. Salah satunya berkoordinasi dengan pemerintah desa untuk menginventarisasi lulusan sekolah yang belum mendapatkan pekerjaan.
Dengan inovasi benih, tidak ada alasan salah satu tanaman pangan tidak bisa ditanam di satu daerah karena kondisi geografisnya.
Pada gelaran itu disiapkan berbagai komoditas seperti beras, telur ayam, dan cabai merah. Harganya lebih murah dibanding di pasaran.
Keterbatasan lahan sejatinya tidak harus jadi kendala bagi Kota Sukabumi bisa meningkatkan produksi pangan lokal.
Program ketahanan pangan Kostrad sudah dilaksanakan dan berjalan di beberapa daerah seperti di Bogor, Karawang, Sukabumi, Tasikmalaya, Garut, Ciamis dan Pangandaran.
Lokasi ketahanan pangan Kostrad di Gudang Ketahanan Pangan berada di Desa/Kecamatan Ciemas, Kabupaten Sukabumi,
Produksi beras Kabupaten Cianjur mencapai 860 ribu ton lebih. Produksinya terbilang melebihi dari kebutuhan konsumsi rata-rata masyarakat.
Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan (DKP3) Kota Cirebon berkolaborasi dengan PT Pos Indonesia dan Bulog Cirebon memberikan bantuan pangan berupa beras sebanyak 10 kilogram
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved