INACA, Organda Ramai-ramai Ajukan Insentif

Hld/E-2
26/4/2020 06:50
INACA, Organda Ramai-ramai Ajukan Insentif
Pesawat parkir di Bandara Soekarno- Hatta, Tangerang, Banten, Jumat (24/4).(MI/RAMDANI)

ASOSIASI Perusahaan Penerbangan Nasional Indonesia (Indonesia National Air Carrier Association/INACA) melaporkan kerugian maskapai nasional akibat sepinya penumpang di masa pandemi covid-19.

Ketua INACA Denon Prawiraatmadja mengatakan ada 31 perusahaan yang bernaung di bawah asosiasi itu dan melaporkan telah kehilangan pendapatan (loss potential revenue) hingga Rp23 triliun sepanjang Februari-April 2020. Rinciannya, hilangnya pendapatan Rp11 triliun akibat sepinya penerbangan internasional dan Rp12 triliun untuk pasar domestik.

“Hilangnya pendapatan per Februari hingga April untuk market internasional mencapai US$749 juta, sementara untuk pasar domestik mencapai US$812 juta,” ungkapnya, kemarin.

Secara rinci, maskapaimaskapai kehilangan penumpang 45% untuk penerbangan internasional di kurun Januari-Maret 2020. Penurunan itu sebagian besar disebabkan oleh penutupan akses ke daratan Tiongkok dan Arab Saudi untuk perjalanan umrah.

“Penurunan penumpang internasional sebesar 45% dari biasanya 1,5 juta penumpang menjadi sekitar 800 ribu penumpang,” jelasnya.

Begitu pun dengan penerbangan domestik. Jumlah penumpang turun sebanyak 45% pada Januari-Maret 2020, dari 3,5 juta penumpang jadi 1,9 juta penumpang.

Atas situasi itu, sambung Denon, asosiasinya telah mengajukan permintaan insentif kepada pemerintah.

“Saya dapat kabar, Menteri Keuangan Sri Mulyani sudah menyetujui sektor perhubungan udara menjadi salah satu industri yang mendapatkan insentif pajak. Tinggal menunggu petunjuk pelaksanaannya di lapangan,” tandasnya.

Tak cuma perusahaan penerbangan, perusahaan angkutan darat juga mengalami kerugian sebagai implikasi dari pandemi covid-19, ditambah lagi dengan adanya kebijakan larangan mudik.

Saat dihubungi di kesempatan terpisah kemarin, Ketua DPP Organisasi Angkutan Darat (Organda) Andre Djokosoetono mengatakan sektor angkutan darat juga diperkirakan kehilangan pendapatan hingga Rp10 triliun.

“Data masih dalam tahap verifikasi, tetapi diperkirakan pendapatan hilang mencapai Rp10 triliun. Bukan hanya bus, melainkan semua angkutan penumpang umum,” ungkap Andre, kemarin.

Hilangnya pendapatan itu dialami oleh semua pengusaha angkutan umum, termasuk bus AKAP, AKDP, AJAP/shuttle, taksi, angling/bajaj, angkot, angkutan perdesaan, yang berada di bawah Organda.

Untuk itu, pihaknya juga telah mengajukan insentif untuk angkutan umum darat kepada pemerintah. (Hld/E-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Kardashian
Berita Lainnya