Headline

. AS kembali memundurkan waktu pemberlakuan tarif resiprokal menjadi 1 Agustus.

Fokus

Penurunan permukaan tanah di Jakarta terus menjadi ancaman serius.

Kementan Bikin 6 Strategi Perkuat Ekspor Perkebunan saat Pandemi

Denny Parsaulian S
02/4/2020 10:32
Kementan Bikin 6 Strategi Perkuat Ekspor Perkebunan saat Pandemi
Dirjen Perkebunan Kementan Kasdi Subagyono(DOK KEMENTAN)

Direktorat Jenderal Perkebunan Kementrian Pertanian menilai perlu adanya strategi khusus meningkatkan ekspor di tengah pandemi korona (covid-19). Dirjen Perkebunan Kasdi Subagyono mengatakan pihaknya telah merumuskan enam strategi.

Strategi pertama adalah lobi perdagangan dengan negara mitra baru, termasuk untuk mengupayakan direct ekspor terhadap komoditas yang selama ini di reekspor melalui Tiongkok. 

“Kedua, kami akan lakukan lobi terhadap kesepakatan tarif bea masuk di negara tujuan dan memberikan kemudahan perdagangan bilateral, seperti untuk sugar, vanaspati ghee dan komoditas lainnya,'' urai Kasdi. 

Baca Juga: Hasil Ekspor Pertanian Indonesia Meningkat 24,35 Persen

Yang ketiga, ujar Kasdi, dengan meningkatkan jaminan atas kualitas, brand image, dan ketersediaan produk secara kontinu.

Strategi yang keempat, lanjut Kasdi, pihaknya akan berupaya Meningkatkan kerja sama perdagangan untuk peningkatan akses pasar melalui optimalisasi pemanfaatan perwakilan Indonesia di luar negeri, kerja sama yang sudah berjalan dipercepat, dan  tentunya dengan melakukan pengembangan kesepakatan baru.

“Sebagai contoh untuk sawit, berdasarkan analisis kami, tahun ini penyerapan Tiongkok terhadap komoditas tersebut dipastikan menurun, untuk mengantisipasi hal ini kita akan dorong peningkatan Ekspor sawit ke India, Pakistan, Bangladesh dengan kenaikan sebesar 20%, Amerika Serikat 5%. Selain itu ekspor ke Tunisia, Turki, mesir, Aljazair, Maroko dan Iran naik sebesar 10%, untuk konsumsi dalam negeri kami targetkan naik 5%,” jelas Kasdi.

Baca Juga: Tingkatkan Neraca Dagang Dengan Ekspor Pertanian

Staregi kelima, ungkap Kasdi, pihaknya akan berupaya meningkatkan konsumsi domestik. Seperti program B-30 untuk CPO, aspal karet untuk karet, kopi, gula semut, dan komoditas lainnya. 

Dan strategi yang terakhir adalah mengptimalkan pelayanan jaringan informasi dan komunikasi secara terorganisasi antara bussiness to bussiness (B to B) dan goverment to goverment (G to G).

Selain itu, Kasdi mengatakan pihaknya juga telah mengambil langkah cepat dengan mengkaji alternatif tujuan pasar ekspor komoditas perkebunan sebagai bentuk antisipasi menurunnya permintaan Tiongkok terhadap ekspor komoditas perkebunan Indonesia di tahun 2020.

“Hal ini sekaligus tindak lanjut dari arahan Bapak Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, bahwa sektor pertanian harus menjadi sektor yang paling tangguh dalam menghadapi berbagai krisis, tidak hanya fokus dalam peningkatan produksi, kita juga akan berupaya untuk mencari alternatif pasar tujuan ekspor,” ungkap Kasdi.

Seperti yang diketahui, sejak awal 2020, dunia dihebohkan dengan adanya wabah virus korona (Covid-19) yang berasal dari TIongkok. Kehadiran Covid-19 bak gelombang tsunami yang turut merusak postur perekonomian global. Sebagai negara pertama yang mengalami hantaman Covid-19, pembatasan keluar masuknya barang dari dan/atau ke Tiongkok membuat perekonomian negara ini menjadi terganggu. 

Mengingat Tiongkok merupakan negara yang perekonomiannya sangat berpengaruh di dunia, maka hal ini pasti berdampak pada perekonomian negara lain yang menjadi mitra dagangnya, salah satunya Indonesia. Sawit, Kelapa, Kakao, Karet, Kopi, Teh, Lada, Pala, Cengkeh, Kayu Manis asal Indonesia menjadi komoditas perkebunan yang rutin di ekspor ke negara yang dijuluki sebagai Tirai Bambu tersebut.

Sedangkan untuk ekspor karet di tahun 2020, Kasdi mengaku telah mempersiapkan target-target peningkatan dan negara-negara alternatif tujuan ekspor karet selain Tiongkok. 

“Kami akan dorong ke Jerman dan Prancis dengan besar kenaikan 10%, Amerika Serikat dan Argentina 10%, Jepang dan Korea Selatan naik 7,5%, Afrika Selatan hingga 2,5%, untuk konsumsi dalam negeri kami targetkan meningkat hingga 5%,” tutup Kasdi. (RO/OL-10)

6 Strategi Perkuat Ekspor Perkebunan Indonesia di Tengah Pandemi

Direktorat Jenderal Perkebunan Kementrian Pertanian menilai perlu adanya strategi khusus meningkatkan ekspor di tengah pandemi korona (covid-19). Dirjen Perkebunan Kasdi Subagyono mengatakan pihaknya telah merumuskan enam strategi.

Strategi pertama adalah lobi perdagangan dengan negara mitra baru, termasuk untuk mengupayakan direct ekspor terhadap komoditas yang selama ini di reekspor melalui Tiongkok. 

“Kedua, kami akan lakukan lobi terhadap kesepakatan tarif bea masuk di negara tujuan dan memberikan kemudahan perdagangan bilateral, seperti untuk sugar, vanaspati ghee dan komoditas lainnya,'' urai Kasdi. 

Yang ketiga, ujar Kasdi, dengan meningkatkan jaminan atas kualitas, brand image, dan ketersediaan produk secara kontinu.

Strategi yang keempat, lanjut Kasdi, pihaknya akan berupaya Meningkatkan kerja sama perdagangan untuk peningkatan akses pasar melalui optimalisasi pemanfaatan perwakilan Indonesia di luar negeri, kerja sama yang sudah berjalan dipercepat, dan  tentunya dengan melakukan pengembangan kesepakatan baru.

“Sebagai contoh untuk sawit, berdasarkan analisis kami, tahun ini penyerapan Tiongkok terhadap komoditas tersebut dipastikan menurun, untuk mengantisipasi hal ini kita akan dorong peningkatan Ekspor sawit ke India, Pakistan, Bangladesh dengan kenaikan sebesar 20%, Amerika Serikat 5%. Selain itu ekspor ke Tunisia, Turki, mesir, Aljazair, Maroko dan Iran naik sebesar 10%, untuk konsumsi dalam negeri kami targetkan naik 5%,” jelas Kasdi.

Staregi kelima, ungkap Kasdi, pihaknya akan berupaya meningkatkan konsumsi domestik. Seperti program B-30 untuk CPO, aspal karet untuk karet, kopi, gula semut, dan komoditas lainnya. 

Dan strategi yang terakhir adalah mengptimalkan pelayanan jaringan informasi dan komunikasi secara terorganisasi antara bussiness to bussiness (B to B) dan goverment to goverment (G to G).

Selain itu, Kasdi mengatakan pihaknya juga telah mengambil langkah cepat dengan mengkaji alternatif tujuan pasar ekspor komoditas perkebunan sebagai bentuk antisipasi menurunnya permintaan Tiongkok terhadap ekspor komoditas perkebunan Indonesia di tahun 2020.

“Hal ini sekaligus tindak lanjut dari arahan Bapak Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, bahwa sektor pertanian harus menjadi sektor yang paling tangguh dalam menghadapi berbagai krisis, tidak hanya fokus dalam peningkatan produksi, kita juga akan berupaya untuk mencari alternatif pasar tujuan ekspor,” ungkap Kasdi.

Seperti yang diketahui, sejak awal 2020, dunia dihebohkan dengan adanya wabah virus korona (Covid-19) yang berasal dari TIongkok. Kehadiran Covid-19 bak gelombang tsunami yang turut merusak postur perekonomian global. Sebagai negara pertama yang mengalami hantaman Covid-19, pembatasan keluar masuknya barang dari dan/atau ke Tiongkok membuat perekonomian negara ini menjadi terganggu. 

Mengingat Tiongkok merupakan negara yang perekonomiannya sangat berpengaruh di dunia, maka hal ini pasti berdampak pada perekonomian negara lain yang menjadi mitra dagangnya, salah satunya Indonesia. Sawit, Kelapa, Kakao, Karet, Kopi, Teh, Lada, Pala, Cengkeh, Kayu Manis asal Indonesia menjadi komoditas perkebunan yang rutin di ekspor ke negara yang dijuluki sebagai Tirai Bambu tersebut.

Sedangkan untuk ekspor karet di tahun 2020, Kasdi mengaku telah mempersiapkan target-target peningkatan dan negara-negara alternatif tujuan ekspor karet selain Tiongkok. 

“Kami akan dorong ke Jerman dan Prancis dengan besar kenaikan 10%, Amerika Serikat dan Argentina 10%, Jepang dan Korea Selatan naik 7,5%, Afrika Selatan hingga 2,5%, untuk konsumsi dalam negeri kami targetkan meningkat hingga 5%,” tutup Kasdi. (RO/OL-10)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Denny parsaulian
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik