Headline

Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.

Fokus

Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.

Ekonomi Global Melemah, Jokowi: Kalkulasi Risiko Lebih Detail

Andhika Prasetyo
09/3/2020 17:26
Ekonomi Global Melemah, Jokowi: Kalkulasi Risiko Lebih Detail
Presiden Joko Widodo saat memimpin rapat terbatas di Istana Negara, Jakarta.(Antara/Hafidz Mubarak )

PRESIDEN Joko Widodo menginstruksikan seluruh menteri Kabinet Indonesia Maju untuk mengalkulasi secara detail risiko pelemahan ekonomi global terhadap ekonomi domestik.

Seperti diketahui, kondisi perekonomian global diyakini masih mengalami ketidakpastian dan pelambatan akibat berbagai faktor. Mulai dari perang dagang antar ekonomi raksasa, situasi geopolitik di beberapa kawasan, hingga wabah virus korona (COVID-19).

"Saya minta sekali lagi untuk dikalkulasi secara detail mengenai risiko pelemahan ekonomi global. Kemungkinan dampak ekonomi lanjutan pada 2021," ujar Jokowi, sapaan akrabnya, di Kantor Presiden, Senin (9/3).

Baca juga: Pola Ketidakpastian Global Berdampak Pelambatan Ekonomi RI

Sejumlah langkah mitigasi yang dijalankan selama ini harus diperkuat, berikut menjadi acuan untuk kembali diterapkan di masa mendatang.

"Harus ada rancangan kebijakan fiskal 2021 yang mampu memperkuat daya tahan ekonomi nasional, yang mampu mengatasi berbagai risiko yang mungkin muncul. Serta, melindungi ekonomi nasional dari gejolak ekonomi global," papar Jokowi.

Selain merumuskan strategi fiskal, penguatan dari sisi sektor riil juga wajib dilakukan. Hilirisasi industri harus ditingkatkan, termasuk di kawasan Indonesia bagian timur.

"Penguatan UMKM harus terus dilakukan. Sehingga, mereka mampu naik kelas dan masuk ke rantai pasok nasional dan global," lanjut Kepala Negara.

Baca juga: IMF: Virus Korona Bisa Rusak Pertumbuhan Ekonomi Global 2020

Pengembangan industri juga perlu difokuskan pada sektor yang bisa menjadi substitusi impor, seperti baja dan farmasi. Apabila hal itu dilakukan, Jokowi optimistis defisit neraca perdagangan dan transaksi berjalan bisa semakin ditekan.

"Kemudian, kita bisa melanjutkan kebijakan bioenergi ke B50 dan langkah terobosan dalam rangka meningkatkan lifting minyak nasional," tuturnya.

Di lain sisi, pemerintah dikatakannya masih memiliki satu senjata andalan, yakni Rancangan Undang-Undang (RUU) Cipta Kerja, yang diklaim mampu menciptakan momentum pertumbuhan ekonomi nasional.

"Walaupun sedang menghadapi tekanan global, kita harus optimistis. Pertumbuhan ekonomi kita, tahun lalu, tercatat 5,02%, cukup baik di tengah ketidakpastian global. Dengan reformasi struktural yang kita jalankan secara konsisten akan menciptakan momentum baru bagi pertumbuhan ekonomi negara," pungkasnya.(OL-11)

 

 

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya