Headline
Mantan finalis Idola Cilik dan kreator konten juga memilih menikah di KUA.
Mantan finalis Idola Cilik dan kreator konten juga memilih menikah di KUA.
Ketegangan antara Thailand dan Kamboja meningkat drastis sejak insiden perbatasan
PENGURUS Pusat Keluarga Alumni Universitas Gadjah Mada (PP KAGAMA) menyelenggarakan program KAGAMA Inkubasi Bisnis (KIB) dengan tema ‘Smart Branding: Kiat Mengelola Brand untuk Tingkatkan Profit.’ di Jakarta, Sabtu (25/1).
“KAGAMA Inkubasi Bisnis merupakan program rutin PP KAGAMA yang bertujuan meningkatkan kompetensi alumni UGM khususnya dalam aspek pengetahuan dan keterampilan bisnis,” ujar Direktur Eksekutif PP KAGAMA, Hasannudin M. Kholil dalam keterangan tertulis.
Kegiatan itu ditujukan untuk alumni UGM yang berminat memulai bisnis maupun yang sudah memiliki usaha dan ingin memperbesar usahanya.
Untuk diketahui, KIB telah diselenggarakan sebanyak enam kali dengan berbagai topik bisnis praktis seperti trading saham, start-up business, HAKI, NLP, dan digital marketing.
“KAGAMA Inkubasi Bisnis seri VII ini fokus membahas kiat mengelola brand untuk tingkatkan profit dan memenangkan persaingan bisnis,” ujar Hasannudin, alumnus Fisipol UGM.
Baca juga : Kembangkan Bisnis Digital Security, Peruri Siapkan Capex Rp200 M
Hasanuddin menyebut, tema ini berangkat dari pertanyaan banyak orang khususnya para alumni UGM yang baru memulai usahanya.
Konsultan Revenue Branding, Silih Agung Wasesa yang jadi pembicara mengatakan, yang mesti diketahui pemilik bisnis adalah soal “brand vital sign.”
Alumnus Fakultas Psikologi UGM iitu menyebut pemilik bisnis harus aware terhadap tanda-tanda kuat atau lemahnya brand.
Sebab brand vital sign akan menjadi pijakan dasar setiap saat atas kerja keras kita membangun usaha.
“Brand vital sign dibentuk dari aspek kepatuhan (compliance) dan kontribusi (contribution),” ujar Konsultan Revenue Branding yang telah menangani beberapa brand global/lokal dan berfokus pada pembenahan revenue streaming tersebut.
Aspek kepatuhan adalah tidak melakukan hal yang keliru (don’t do the wrong thing) menyangkut integritas, kejujuran, hubungan personal, transparansi, keterbukaan, dan trust.
Sementara aspek kontribusi adalah melakukan hal yang benar (do the right thing) menyangkut tujuan bisnis, perlakuan pada pegawai, saluran distribusi, dan inovasi produk.
Lebih lanjut Silih menyampaikan tentang skema brand vital sign.
Pertama adalah character, bagaimana mensinergikan antara brand, finansial, dan profit dalam pengambilan keputusan.
Kedua adalah convergence, bagaimana melakukan konvergensi antara karyawan, supplier, dan jaringan distribusi.
Ketiga adalah experience, bagaimana membangun pola pengalaman konsumen.
Setelah tiga langkah tersebut sudah dilakukan, baru dilakukan langkah keempat dan kelima yaitu keempat, engineering, bagaimana menerjemahkan corporate brand value dan product brand value menjadi pesan kunci dan model penyampaian pesan.
Dan kelima, key performance indicator meliputi output (volume penjualan, jumlah produk, jumlah outlet) dan outcome (peningkatan profit dan cash-in-hand).
“Contoh dalam aspek experience, orang kalau baru buka warung bersedia menjadi kasir dan melayani pelanggan, namun ketika sudah punya tiga warung umumnya malas melayani pelanggan secara langsung. Padahal pelanggan itu senang ketika bertemu langsung dengan pemilik warung,” kata Silih
Silih menegaskan aspek lain yang tidak kalah penting adalah soal unblocking consciousness.
Baca juga : Iklim Bisnis Domestik Diprediksi Kondusif 12 Bulan Mendatang
Brand dapat berpengaruh efektif apabila pemilik brand mampu membuka pemikiran konsumen. Misalnya orang umumnya tidak merasa aman berlama-lama di SPBU.
Akibatnya restoran di area SPBU tidak ramai. Untuk itu konsumen harus dibuka pemikirannya bahwa SPBU itu aman.
Lebih lanjut Silih mengatakan saat ini berkembang konsep religious economy yang dikembangkan di Amerika Serikat.
Religious dalam hal ini bukanlah beragama dalam arti ritual. Namun religious dalam arti bahwa apabila sebuah bisnis atau usaha mampu memberi kebaikan kepada masyarakat, maka bisnis menjadi semakin berkembang.
“Contohnya, mushalla di pusat perbelanjaan dengan lokasi dan kondisi yang baik akan membuat restoran atau pusat perbelanjaan menjadi lebih ramai,” pungkasnya. (RO/OL-7)
Proyek ini juga mencakup pengembangan ekosistem perkebunan kelapa organik seluas 20 ribu hektare.
Bell 429 merupakan helikopter pertama dari Designer Series yang akan digunakan di Indonesia.
Kepala BPPSDMP Kementan, Dedi Nursyamsi, mengatakan usaha pertanian melibatkan aspek modal yang tidak sedikit, untuk itu, segala sesuatunya harus dilakukan dengan cermat.
Kementan bekerja sama dengan International Fund for Agricultural Development (IFAD) terus berupaya melahirkan agropreneur muda tangguh, kompeten, dan berkualitas.
Jika Anda memiliki impian untuk menjadikan kekayaan alam sebagai basis bisnis, yuks coba ambil jurusan agribisnis.
Generasi muda memiliki keterampilan teknologi yang lebih baik, mendukung pembangunan pedesaan dengan praktik pertanian yang berkelanjutan dan ramah lingkungan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved