Headline
Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.
Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.
Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.
BADAN Pusat Statistik (BPS) mencatat terjadi penurunan angka kemiskinan di Indonesia pada September 2019. Dari hasil surveinya, angka kemiskinan tercatat 9,22% atau setara dengan 24,79 juta orang.
Penurunan dapat dilihat dari angka kemiskinan yang tercatat di Maret 2019 sebanyak 25,14 juta orang atau setara 0,19%.
"Jumlah penduduk miskin dari Maret ke September itu turun sebesar 360 ribu orang," kata Kepala BPS Suhariyanto dalam konferensi pers di kantornya, Jakarta, Rabu (15/1).
Meski turun, Suhariyanto menyebut Indonesia masih dihadapkan oleh banyak persoalan terkait tingkat kemiskinan di dalam negeri. Di antaranya perbedaan tingkat kemiskinan di pedesaan dan perkotaan yang masih tampak jelas.
"Pada September 2019 daerah kota persentase kemiskinannya 6,56% di desa hampir dua kali lipatnya yakni 12,60%. Jadi kita masih perlu berupaya lebih keras lagi untuk menurunkan kemiskinan di desa yang mayoritas bekerja di sektor pertanian," urainya.
Baca juga: Angka Kemiskinan Kota Sawahlunto Terendah di Sumbar
Suhariyanto mengungkapkan, metode survei yang dipakaiBPS untuk melihat tingkat kemiskinan tidak pernah berubah sejak 1998. Hal itu dilakukan demi menjaga konsistensi data dari waktu ke waktu.
Metode yang digunakan imenggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar. Penghitungannya dilakukan dengan cara melihat pengeluaran per kapita per rumah tangga untuk kebutuhan dasar makanan dan bukan dasar makanan yang diukur menurut garis kemiskinan.
Lebih rinci, Suhariyanto mengatakan penurunan angka kemiskinan disebabkan lantaran kelompok desil 1 yang berpenghasilan rendah memiliki tingkat pengeluaran sebesar 4,01% atau lebih tinggi dari garis kemiskinan yang sebesar 3%.
"Kalau pengeluaran lebih tinggi berarti ia di atas garis kemiskinan," terangnya.
Penurunan juga didorong dari program Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) yang gencar dilakukan pemerintah. Pada September 2019, jumlah Kabupaten/Kota penerima BPNT mencapai 509 Kabupaten/Kota atau meningkat 289 Kabupaten/Kota dari Maret 2019.
Namun, komposisi garis kemiskinan tidak berubah, sebesar 73,75% masih berasal dari makanan. Oleh karenanya, berdasarkan data itu pemerintah harus mampu menjaga kestabilan harga makanan bila ingin menekan angka kemiskinan.
"Harus ekstra hati-hati supaya komoditas yang banyak dikonsumsi penduduk miskin harganya stabil, tidak terfluktuasi. Ini kunci pentingnya. Karena sekali ada gejolak harga seperti beras atau barang yang biasa dikonsumsi itu akan menggerakkan garis kemiskinan," jelas Suhariyanto.
Selain tingkat kemiskinan, lanjutnya, kedalaman dan keparahan kemiskinan juga dapat dilihat melalu survei yang dilakukan. Indeks kedalaman kemiskinan mengindikasikan jarak rata-rata pengeluaran penduduk miskin terhadap garis kemiskinan. Sementara indeks keparahan kemiskinan mengindikasikan ketimpangan pengeluaran diantara penduduk miskin.
"Indeks kedalaman kemiskinan turun dari 1,55 pada Maret 2019 menjadi 1,50 pada September 2019. Indeks keparahan pun juga turun dari 0,37 menjadi 0,36 di periode yang sama," pungkasnya.(OL-5)
Ketua Dewan Energi Nasional (DEN) Luhut Binsar Pandjaitan menyampaikan pemerintah akan merevisi data angka kemiskinan nasional.
AWAL April 2025, Bank Dunia melalui Macro Poverty Outlook menyebutkan pada tahun 2024 lebih dari 60,3% penduduk Indonesia atau setara dengan 171,8 juta jiwa hidup di bawah garis kemiskinan.
BANK Dunia resmi mengubah standar garis kemiskinan global dengan meninggalkan purchasing power parity (PPP) 2017 dan saat ini menggunakan PPP 2021.
DINAMIKA geopolitik global mewarnai beragam pemberitaan media arus utama atau media sosial kita.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat terjadi deflasi sebesar 0,37% pada Mei 2025. Angka ini berbanding terbalik dengan yang terjadi di April 2025 yang mengalami inflasi 1,17%.
Neraca perdagangan Indonesia pada April tercatat surplus sebesar US$160 juta. Kendati surplus, angka ini turun drastis dibandingkan capaian pada Maret 2025 yang mencapai US$4,33 miliar.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved