Headline
Mantan finalis Idola Cilik dan kreator konten juga memilih menikah di KUA.
Mantan finalis Idola Cilik dan kreator konten juga memilih menikah di KUA.
Ketegangan antara Thailand dan Kamboja meningkat drastis sejak insiden perbatasan
INSTITUTE for Essential Services Reform (IESR) memprediksi tren penggunaan energi pada 2020 akan mengarah ke Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS).
Direktur Eksekutif IESR Fabby Tumiwa mengatakan, penggunaan energi dari tenaga matahari ini berpotensi menurunkan penggunaan batu bara yang menjadi bahan baku utama untuk hadirnya listrik yang selama ini dikonsumsi masyaraka.
Saat ini, perubahan regulasi perihal PLTS khususnya mengenai Sertifikat Laik Operasi (SLO) dan capacity charges telah mengalami perubahan.
Menurut Fabby, perubahan ini membawa gairah dan minat baru bagi industri dan gedung-gedung komersial untuk menggunakan PLTS sebagai sumber energi di gedung tersebut.
"Soal SLO dan capacity charges yang kita lihat ada perubahan regulasinya pada bulan September dan Oktober tahun ini. Perubahan ini membawa gairah dan minat baru bagi industri dan gedung-gedung komersial untuk memasang PLTS Atap," ujar Fabby, Selasa, (17/12).
Baca juga : Lima PLTS Siap Menerangi Desa-Desa di NTT
Menurut Fabby, revisi Peraturan Menteri (Permen) Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) yang berkaitan dengan SLO dan capacity changes pun mulai menarik untuk rumah tangga dan industri.
Industri dinilainya sudah bisa melihat potensi ekonomi yang akan berdampak apabila menggunakan PLTS Atap tersebut.
"Yang positif utk solar rooftop, itu mulai picking up baik rumah tangga ataupun industri. Dengan revisi peraturan Menteri ESDM yang berkaitsn dengan SLO dan capacity charge, kami melihat industri mulai bergairah untuk memasang, karena mulai masuk keekonomiannya. Jadi kita lihat untuk industri ini mereka mulai naik gitu," paparnya.
Penggunaan PLTS, sambung Fabby akan mendorong kesesuaian dengan target RUEN untuk mencapai PLTS dengan 6,5 GW pada 2025 mendatang.
Diperkirakan di tahun depan, PLTS untuk komersial dan industri bisa mencapai 300 MW. Sinyal yang bagus ini membuka peluang besar penerapan PLTS di masa mendatang.
"Jadi kita lihat tahun depan itu bisa perkiraan kasar itu dalam komersial dan industri itu bisa di atas 300 MW. Karena beberapa industri besar sudah punya rencana masang 5 MW, 7 MW, hingga 10 MW. Di Jawa Tengah, beberapa industri besar sudah mengatakan mau masang PLTS. Itu sinyal yang bagus," tandas Fabby. (OL-7)
Instalasi panel surya merupakan lanjutan dari proyek serupa di kantor pusat Mowilex di Jakarta pada 2022 lalu.
PRESIDEN Prabowo Subianto meresmikan sebanyak 55 pembangkit listrik Energi Baru Terbarukan (EBT) yang tersebar di 15 provinsi, termasuk milik Medco.
Pabrik Ajinomoto di Mojokerto dan Karawang juga memperkuat penggunaan energi terbarukan melalui kerja sama dengan PT PLN (Persero) dengan memanfaatkan Renewable Energy Certificate (REC).
PLTS diprediksi memberikan peluang lapangan kerja bagi lebih 350.000 pekerja, paling tinggi di antara sektor EBT lainnya.
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2025-2034 dinilai berpotensi menghambat momentum Indonesia dalam merealisasikan transisi energi.
Penelitian dan pilot project perlu digencarkan untuk menyesuaikan algoritma machine learning dengan kondisi geologi Indonesia.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved