Headline
Pemerintah belum memastikan reshuffle Noel.
MENTERI Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menilai masih terdapat ruang pelonggaran kebijakan moneter yang dimiliki bank sentral untuk mendukung penguatan pertumbuhan ekonomi. Ia menjelaskan relaksasi itu masih dapat dilakukan selama tingkat suku bunga acuan berada dalam kisaran di atas nol persen.
“Positif itu masih punya ruang, kebijakan moneter itu kehilangan kemampuan kalau tingkat bunga nol atau kurang,” kata Darmin di Jakarta, kemarin.
Ia juga menambahkan penurunan suku bunga acuan 7-day reverse repo rate (BI7DRR) merupakan langkah tepat dalam menanggapi kondisi perekonomian global terkini.
“Kebijakan moneter masih berfungsi untuk memengaruhi. Ini memang mengantisipasi negara lain. Mereka juga turun policy rate. Kalau kita tidak turun, nanti terlalu tinggi,” ujar Darmin.
Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) untuk ketiga kalinya secara beruntun memangkas suku bunga acuan.
Pada Kamis (19/9), BI kembali menurunkan BI 7-day reverse reporate sebesar 0,25% menjadi 5,25% yang dilengkapi dengan rangkaian pelonggaran kebijakan makroprudensial untuk mencegah dampak dari semakin melambatnya pertumbuhan ekonomi global.
Pemangkasan beruntun suku bunga acuan sejak Juli hingga September 2019 itu merupakan kebijakan antisipatif guna mendorong pertumbuhan ekonomi domestik, di tengah situasi terus melambatnya ekonomi global akibat perang dagang AS - Tiongkok.
Direktur Eksekutif Departemen Kebijakan Makroprudensial BI, Juda Agung, dalam konferensi pers kemarin, menyampaikan pelonggaran kebijakan makroprudensial BI merupakan bagian dari bauran kebijakan untuk menjaga momentum pertumbuhan ekonomi Indonesia.
“Artinya, kalau kredit itu lagi turun, kita dorong supaya pertumbuhan ekonomi tidak semakin lemah. Kalau kredit lagi kuat-kuatnya, lagi tinggi-tingginya pertumbuhan, kita agak rem supaya ekonominya tidak terlalu menimbulkan instabilitas,” katanya.
Diakuinya, saat ini tren yang terjadi pada kredit perbankan tengah mengalami pelemahan. Oleh karena itu, pelonggaran kebijakan makroprudensial itu dilakukan.
Dongkrak konsumsi
Di kesempatan berbeda, pengamat ekonomi dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Eko Listiyanto menilai penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) akan mendongkrak kinerja sektor konsumsi dan kredit modal kerja karena banyaknya permintaan menjelang momen akhir tahun.
“Momentum Natal dan libur akhir tahun biasanya permintaan naik dan ini akan menstimulus kinerja ekonomi. Pada saat seperti itu, upayanya dilakukan mulai sekarang,” katanya.
Wakil Direktur Indef itu menambahkan, penurunan suku bunga acuan akan lebih banyak mendorong sektor-sektor yang perputaran ekonominya berlangsung cepat seperti konsumsi dan modal kerja untuk perdagangan.
Kinerja sektor yang meningkat, lanjut dia, akan turut menggairahkan pertumbuhan sektor riil yang biasanya akan terlihat sekitar tiga bulan setelah kebijakan moneter itu dikeluarkan.
“Keputusan BI menurunkan suku bunga acuan BI7DRR sangat tepat saat ruang penurunan suku bunga masih terbuka,” ujarnya (Ant/E-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved