Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Listrik Padam, Ada Masalah Teknis dan Manajerial di Tubuh PLN

Atikah Ishmah Winahyu
05/8/2019 22:13
Listrik Padam, Ada Masalah Teknis dan Manajerial di Tubuh PLN
Kondisi kawasan Monas yang terkena imbas pemadaman listrik(MI/Pius Erlangga)

PEMADAMAN listrik yang terjadi sejak Minggu (4/8) siang, rupanya masih berlanjut hingga Senin (5/8) di sejumlah daerah di kawasan Jabodetabek. Pengamat Ekonomi Energi UGM Fahmy Radhi menilai telah terjadi masalah teknis maupun manajerial pada tubuh PT PLN.

Ia menjelaskan, masalah teknis terkait turbin yang rusak. Menurutnya,, karakteristik dari uap yang digunakan dalam pembangkit listrik, bisa menghasilkan sela shutdown..

"Kemudian untuk menghasilkan kembali arus listrik dari energi uap tadi maka harus ada proses penguapan yang butuh waktu antara enam sampai delapan jam," kata Fahmy kepada Media Indonesia, Senin (5/8).

Namun, Fahmy menuturkan, jika masih terjadi pemadaman hingga lebih dari delapan jam kemungkinan ada masalah manajerial dalam proses pengambilan keputusan yang kemudian menimbulkan penanganan yang lambat.

Dia menilai, pelaksana tugas (Plt) Direktur Utama PLN masih belum paham betul langkah yang harus dilakukan.

Baca juga : Gelagapan dalam Gelap

"Komandonya ini kan masih berupa Plt ya dan itu kan baru beberapa hari (diganti). Sementara keadaan memaksa dia untuk mengambil keputusan yang relatif cepat. Karena dia baru, saya nggak yakin bahwa Plt yang baru beberapa hari itu paham betul apa yang harus dilakukan," jelasnya.

Fahmy berpendapat, kondisi PLN yang sering berganti Plt Direktur Utama pasca kasus Sofyan Basir, menimbulkan dampak yang tidak sehat bagi perusahaan.

Dia juga menegaskan, pemadaman ini bukan akibat masalah pasokan listrik. Bahkan dia menuturkan, di sejumlah daerah mengalami over supply.

"Kalau saya sebutnya Plt arisan, karena ada tiga kali dalam waktu yang sangat singkat, Pak Ali, Pak Djoko, Bu Peni. Bagi BUMN sebesar, sestrategis, dan sevital PLN saya kira ini keputusan yang tidak sehat dan ini yang menjadi salah satu sebab," ujarnya.

Menurut Fahmy, dalam jangka pendek PLN harus segera menunjuk Direktur Utama definitif supaya dapat mengambil alih komando dan memberi respon yang cepat dalam setiap proses pengambilan keputusan.

"Kalau masih tetap Plt, saya nggak yakin keputusan yang cepat dan tepat tadi bisa diambil," tegasnya.

Selain itu, dari sisi teknis, Fahmy menyarankan agar PLN menerapkan automation protection system atau sistem perlindungan otomatis yang dapat memberikan perlindungan otomatis sekaligus berlapis sehingga dapat mewujudkan zero accident.

"Masalah teknis mestinya PLN itu sudah menerapkan yang disebut dengan automation protection system atau perlindungan secara otomatis, suatu sistem yang menggunakan teknologi tertentu yang kemudian dia tidak hanya mengantisipasi terjadi breakout tetapi kalau terjadi breakout maka dia akan melindungi secara otomatis dan berlapis-lapis," terangnya.

Baca juga : Luhut: Pimpinan PLN Harusnya yang Ahli Teknologi Kelistrikan

Sedangkan terkait solusi jangka panjang bagi masalah manajerial di tubuh PLN, Fahmy menyarankan, ke depannya Pemerintah harus mewacanakan untuk membentuk BUMN atau perusahaan lain di bidang kelistrikan yang dapat menjadi pesaing PLN.

"Negara yang sebesar Indonesia ini sentralistik semacam ini kurang tepat dan yang kedua juga perusahaan besar yang memonopoli itu akan menimbulkan inefficiency yang menyebabkan kerugian pelanggan. Oleh karena itu, ke depan mulai diwacanakan untuk membentuk BUMN-BUMN yang akan mengurusi atau mengusahakan listrik," ungkapnya.

Dia berharap, selanjutnya akan ada perusahaan listrik lain, sehingga tidak terjadi monopoli dan menimbulkan persaingan yang sehat demi keuntungan pelanggan.

"Misalnya dulu PT Telkom itu kan diberi monopoli satu-satunya tidak ada pesaing sama sekali. Apa hasilnya, pelayanannya sangat buruk, tapi kemudian setelah ada Indosat kemudian XL dan lainnya, maka Telkom sangat efisien dan sekarang jadi perusahaan kelas dunia dan dampaknya konsumen membayar lebih murah," tutupnya. (OL-7)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ghani Nurcahyadi
Berita Lainnya