Dorong Ekonomi dan Keuangan Syariah, BI Punya Jurus Tiga Pilar

M Ilham Ramadhan Avisena
02/8/2019 22:15
Dorong Ekonomi dan Keuangan Syariah, BI Punya Jurus Tiga Pilar
Suasana kemeriahan Festival Ekonomi Syariah (FESyar) di Palembang, Jumat (2/8).(MI/Ilham Ramadhan)

EKONOMI dan keuangan syariah berpotensi menjadi sumber pertumbuhan ekonomi baru sekaligus membenahi struktur neraca transaksi berjalan. Pada 2023, volume industri halal dan keuangan syariah diprediksi mencapai $6,7 triliun.

Di Indonesia tren perkembangan ekonomi dan keuangan syariah menunjukkan peningkatan. Hal itu ditandai dengan maraknya berbagai penyelenggaraan acara dan publikasi produk halal, utamanya di sektor makanan dan minuman.

Idealnya, perkembangan itu diikuti dengan sumber pembiayaan yang berasal dari sektor keuangan syariah pula. Demikian disampaikan Deputi Gubernur Bank Indonesia, Dody Budi Waluyo dalam sambutannya di Festival Ekonomi Syariah (FESyar), Palembang, Jumat (2/8).

"Pengembangan tersebut harus bersifat komperehensif dan end to end, dari hulu ke hilir berdasarkan kegiatan ekonomi riil dengan dukungan pembiayaan," ujar Dody.

Untuk mendukung hal itu, BI, kata Dody, telah merumuskan tiga pilar yang menjadi strategi utama dalam pengembangannya serta diperlukan bantuan dari berbagai otoritas terkait.

Pilar pertama ialah pemberdayaan ekonomi syariah. Pilar ini menitikberatkan pada penguatan halal value chain dalam rantai tautan bisnis guna mengokohkan struktur perekonomian yang inklusif.

"Program ini dilaksanakan pada empat sektor unggulan, yakni sektor industri makanan halal dan fesyen halal, sektor pariwisata halal, sektor pertanian dan sektor energi terbarukan," terang Dody.

Program itu akan dilakukan di 100 pesantren, 25 di antaranya berada di wilayah Sumatra. Model bisnis yang akan dikembangkan antara lain pengolahan air minum, pertanian dan industri kreatif.

Pilar kedua ialah pendalaman pasar keuangan syariah. Pilar ini merupakan refleksi dari upaya peningkatan manajemen likuiditas serta pembiayaan syariah guna mengembangkan usaha syariah. Cakupan pilar kedua itu tidak terbatas pada keuangan komersial, tetapi juga pada optimalisasi dana zakat, infaq, sadaqah dan waqaf (Ziswaf), yang merupakan program besutan BI.

Pilar terakhir ialah penguatan riset, asesmen dan edukasi. Pilar ini merupakan dasar dalam menciptakan sumber daya manusia yang andal, profesional dan mampu bersaing dalam skala internasional.

Untuk meningkatkan pemahaman masyarakat tentang ekonomi dan keuangan syariah, BI bekerja sama dengan institusi di tiga tingkatan pendidikan yang ada di Indonesia.

Pada pendidikan tinggi, BI menggandeng akademisi dan kementerian ataupun lembaga terkait dalam mengembangkan kurikulum ekonomi dan keuangan syariah. Kemudian, di tingkat menengah, BI telah beker jasama dengan Asosiasi Guru Ekonomi Indonesia (AGEI) guna menyusun buku referensi ekonomi syariah untuk murid SMA.

Terakhir ialah pada tingkat pendidikan rendah, di sini BI telah menyiapkan pembelajaran dalam bentuk video (e-learning) soal ekonomi dan keuangan syariah untuk siswa tingkat SD.

Adapun melalui jalur pendidikan nonformal, Bank Indonesia telah melakukan berbagai sosialisasi, kampanye massal, seminar, workshop, dan talkshow. Termasuk pada FESyar kali ini akan dilaksanakan berbagai seminar di Bidang Ekonomi dan Keuangan Syariah.

"Tentunya semua upaya tersebut dilakukan agar masyarakat dapat berpartisipasi aktif dan memperoleh manfaat nyata dari pengembangan ekonomi dan keuangan syariah," pungkas Dody. (X-12)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ahmad Punto
Berita Lainnya