Headline
Banyak pihak menyoroti dana program MBG yang masuk alokasi anggaran pendidikan 2026.
Banyak pihak menyoroti dana program MBG yang masuk alokasi anggaran pendidikan 2026.
DIREKTORAT Jenderal (Ditjen) Pajak Kementerian Keuangan menyatakan penerimaan pajak Semester I 2019 tumbuh melambat dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Dirjen Pajak Robert Pakpahan menjelaskan penyebabnya karena ada sektor yang pertumbuhannya memang mengalami perlambatan pada periode tersebut.
"Data Semester 1 (2019) penerimaan pajak tumbuh melambat dibanding tahun lalu," kata Robert dalam Media Gathering 2019 di Bali, Jumat (2/8).
Sebagai informasi, penerimaan pajak Semester I 2019 sebesar Rp603,34 triliun atau tumbuh terbatas di angka 3,74%. Angka tersebut lebih lambat dibandingkan periode yang sama tahun lalu mampu tumbuh sebesar 13,99%.
Sektor manufaktur, terang dia, tumbuh negatif 2,6% atau melambat dibandingkan dengan kinerja tahun lalu yang mencapai 13%.
"Pertumbuhan negatif sektor manufaktur lebih banyak disebabkan oleh tingginya restitusi, tumbuh 30,8% dan moderasi aktivitas impor," jelasnya.
Baca juga: Ditjen Pajak Sebut 31 Wajib Pajak Dapat Fasilitas Tax Holiday
Sektor pertambangan pun mengalami kontraksi. Pertumbuhan sektor pertambangan sebesar negatif 14%. Itu jauh lebih rendah dibandingkan pertumbuhan tahun 2018 yang mencapai 80,3%. Penyebab utamanya, lanjut dia, adalah penurunan harga komoditas tambang di pasar global.
Selain itu, sambung Robert, kinerja sektor pertambangan juga dipengaruhi oleh pertumbuhan restitusi yang mencapai 11%. Itu karena adanya pengembalian pajak akibat putusan pengadilan yang memenangkan Wajib Pajak.
Pertumbuhan sektor perdagangan pun, disebut Robert, tidak seperti tahun lalu. Perdagangan hanya tumbuh 2,5%. Sementara tahun lalu, sektor perdagangan bisa tumbuh sebesar 27,6%.
Dari jenis pajaknya, pertumbuhan PPh 22 impor pun turun sangat tajam menjadi sebesar 2,3%. Pertumbuhan tersebut lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 28%. Untuk PPN impor pun tumbuh negatif 2,1%. Angka tersebut lebih rendah dibandingkan tahun lalu yang sebesar 24,3%.
"Manufaktur tidak tumbuh seperti tahun lalu, impor turun sangat drastis, pertambangan kontraksi, perdagangan juga tidak seperti tahun lalu. Itu yang menyebabkan penerimaan tahun ini masih tumbuh sekitar 3,5%. Mudah-mudahan di Semester II (2019) membaik," tuturnya.
Kendati demikian, kinerja baik di sektor jasa keuangan maupun transportasi dan pergudangan masih tumbuh positif. Pertumbuhan sektor jasa keuangan mencapai 8,8% atau lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang sebesar 4,8%.
Pertumbuhan positif tersebut disebabkan oleh pertumbuhan profitabilitas perusahaan yang tercermin dari pertumbuhan PPh Badan sebesar 7,9% dan peningkatan pembayaran PPh Pasal 21 sebesar 19,5%. Juga, didukung oleh peningkatan PPh Final atas Bunga Deposito yang tumbuh 20,1%.
Sementara itu, pertumbuhan sektor transportasi dan pergudangan sebesar 23,1% atau melampaui kinerja pada periode yang sama tahun 2018 sebesar 10,7%. Pertumbuhan tersebut terjadi pada beberapa sektor utama seperti operator jalan tol, operator pelabuhan dan beberapa maskapai penerbangan.(OL-5)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved