Headline

Senjata ketiga pemerataan kesejahteraan diluncurkan.

Fokus

Tarif impor 19% membuat harga barang Indonesia jadi lebih mahal di AS.

Rupiah Diperkirakan Stabil hingga Akhir 2019

(Aiw/Ant/E-3)
01/8/2019 02:00
Rupiah Diperkirakan Stabil hingga Akhir 2019
Karyawan menghitung mata uang rupiah di gerai penukaran mata uang asing( ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan.)

Stabilitas nilai tukar rupiah diperkirakan relatif terjaga di kisaran 13.000-14.000 per dolar Amerika Serikat hingga akhir 2019 seiring dengan sikap bank sentral Amerika Serikat (Federal Reserve/The Fed) yang menunjukkan tengah menerapkan kebijakan moneter longgar (dovish).

 “Sikap dovish The Fed itu me­respons pertumbuhan eko­nomi global yang cenderung melambat akibat masih berlangsungnya perang dagang antara Tiongkok dan Amerika Serikat. Kondisi itu membuat stabilitas nilai tukar rupiah akan terjaga,” ujar Direktur Riset Pusat Reforma­­si Ekonomi atau Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Piter Abdullah Redjalam, Rabu (31/7)

Piter mengatakan, seiring dengan stabilnya nilai tukar, frekuensi penggunaan dana cadangan devisa untuk menstabilkan rupiah dapat jauh berkurang sehingga ruang kenaikan cadangan devisa cukup terbuka ke depannya.

“Selama semester pertama 2019 kondisi cadangan devisa menunjukkan perbaikan jika dibandingkan dengan di akhir semester 2018 lalu. Pada Ju­ni 2019, cadangan devisa kembali meningkat menjadi se­besar US$123,8 miliar,” paparnya.

Menurut dia, dengan cadang­an devisa yang berpotensi meningkat dan nilai tukar rupiah relatif stabil, terbuka kemungkinan BI melakukan pelonggaran moneter dengan menurunkan suku bunga acuan atau BI 7-day reverse repo rate.

Secara terpisah, dalam ­rilis kemarin BI mengungkapkan bahwa rupiah beredar da­lam arti luas (M2) tumbuh melambat pada Juni 2019. Posisi M2 pada Juni 2019 tercatat sebesar Rp5.911,2 triliun atau tumbuh 6,8% (yoy). Angka itu lebih rendah jika dibandingkan dengan pertumbuhan pada bulan sebelumnya yang sebesar 7,8% (yoy).

Perlambatan M2 terjadi pada seluruh komponen. Uang beredar dalam arti sempit (M1) tumbuh melambat, dari 7,4% (yoy) pada Mei 2019 menjadi 4,5% (yoy) pada Juni 2019.

Perlambatan M1 tersebut terutama pada komponen uang kartal seiring dengan kembali normalnya kebutuhan likuiditas masyarakat pasca Ramadan dan Hari Raya Idul Fitri.

Komponen lainnya berupa uang kuasi juga tumbuh sedikit melambat, dari 7,9% (yoy) pada Mei 2019 menjadi 7,6% (yoy) pada Juni 2019. (Aiw/Ant/E-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dedy P
Berita Lainnya