Headline
DPR setujui surpres pemberian amnesti dan abolisi.
DPR setujui surpres pemberian amnesti dan abolisi.
Sejak era Edo (1603-1868), beras bagi Jepang sudah menjadi simbol kemakmuran.
DALAM rangka mendongkrak nilai ekspor ke negara-negara baru serta memanfaatkan kondisi perang dagang Amerika Serikat-Tiongkok, Menteri Perdagangan RI Enggartiasto Lukita memulai serangkaian langkah lobi di Tiongkok.
Komoditas yang diharapkan menjadi pendongkrak neraca perdagangan dari Indonesia adalah CPO, buah-buahan, dan sarang burung walet.
Sebagai langkah awal, Enggartiasto melakukan pertemuan perdana dengan perkumpulan pengusaha dalam forum investasi untuk menaikkan ekspor sarang burung walet.
Diharapkan, dari kesempatan yang diberikan pihak Tiongkok, Indonesia bisa memanfaatkan lobi, untuk mendapatkan setidaknya US$1 miliar per tahun dari ekspor tersebut.
"Kalau kita bisa full speed produksi dan ekspor. Ini kita bicara nilai US$1 milar, annually. Tetapi kini masih terbatas," kata Enggartiasto dalam pernyataannya dari Beijing, Kamis (18/7).
Indonesia merupakan produsen sarang burung walet terbesar di dunia. Sedangkan Tiongkok adalah konsumen terbesar sarang burung walet secara global. Hanya saja, Tiongkok lebih banyak memasok produk sarang burung walet dari Vietnam dan Malaysia.
Produksi sarang burung walet Indonesia setiap tahunnya sendiri mencapai 1.500 ton. Dari jumlah tersebut, hampir seluruhnya atau sekitar 99% diekspor ke berbagai negara, utamanya Tiongkok. Hanya saja, ekspor langsung ke Tiongkok yang tercatat hanya sekitar 5%, sisanya banyak dijual mentah ke Vietnam, Malaysia, dan Hongkong untuk kemudian diolah dan di ekspor ke Tiongkok.
Berdasarkan data yang dimiliki Perkumpulan Pengusaha Sarang Burung Indonesia (PPBSI), ekspor produk sarang burung walet yang tercatat secara resmi ke Tiongkok baru sebesar 70 ton pada 2018, naik dari 2017 yang mencapai 52 ton dan pada 2016 sebesar 23 ton. Nilai ekspor tersebut, masih di bawah kuota ekspor produk sarang burung walet yang diberikan pemerintah Tiongkok per tahunnya yang mencapai 150 ton.
"Kita harus push ini meningkat secara tajam. Dan, ini adalah kesempatan besar. Mereka minta kita untuk bicara di depan perkumpulan pengusaha. Untuk mengatur waktu khusus dengan mereka, sangat sulit. Ini adalah kesempatan berbicara dengan mereka semua dalam satu forum," lanjut Enggar.
Enggar menjelaskan, rangkaian lobi ini mutlak diperlukan untuk menaikkan neraca perdagangan. Dia berharap, lndonesia bukan hanya bisa mengatasi tren penurunan ekspor.
Selain sarang burung walet, rangkaian lobi juga dilakukan untuk upaya meningkatkan ekspor CPO ke negeri tirai bambu itu.
Dalam pertemuan tingkat kepala negara, Presiden Tiongkok Xi Jinping dengan Presiden RI Joko Widodo telah membahas kenaikan ekspor 500 ribu ton CPO dari Indonesia ke Tiongkok. Enggar mengaku berupaya bernegosiasi agar nilai komitmen itu bisa digandakan, menjadi 1 juta ton CPO per tahun.
"Secara value, harusnya kita juga menegaskan kepada mereka, untuk bagaimana meningkatkan impor CPO dari kita sebesar 500 ribu ton. Itu kan harus dikejar. Saya harus melakukan itu. Karena itu kan baru komitmen. Valuenya dari CPO ini kita sudah dapat komitmen dari pertemuan Pak Presiden dengan Presiden Xi Jinping ada tambahan di atas 500 ribu ton impor untuk CPO. Saya akan menawar ke mereka untuk bisa 1 juta ton, dengan lobi face to face," katanya.
Ia meyakini, lobi intens dengan face to face, bertemu dengan pemerintah dan pengusaha-pengusaha secara langsung, hasilnya berbeda. Hal yang sama pernah dilakukannya dengan Turki, India, dan Chile.
Baca juga: Pihak Istana Dorong Mendag RI Tingkatkan Ekspor ke Tiongkok
Ekonom Universitas Sam Ratulangi Agus Tony Poputra pun mengapresiasi langkah Kemendag. Ia menilai, tindakan cepat tanggap Kemendag dalam mendorong ekspor tiga komoditas tersebut merupakan langkah yang tepat. Menurutnya, CPO, sarang burung walet, dan buah-buahan adalah kooditas yang masih sangat dibutuhkan masyarakat Tiongkok.
"Apalagi buah-buahan tropikal. itu dibutuhkan di sana. Di sana kan nggak ada buah-buahan tropikal kayak pisang, nanas, dan sebagainya. Itu cocok kita masuk ke Tiongkok," ujar Agus.
Namun ia mengingatkan pemerintah untuk meningkatkan produksi buah-buahan dalam negeri agar kebutuhan domestik juga terpenuhi dan harga buah dalam negeri tidak terganggu.
Untuk komoditas sarang burung walet dan CPO, Agus lebih setuju lagi untuk didorong ekspornya ke Tiongkok. Menurutnya, keberadaan kedua komoditas ini lebih siap ditingkatkan ekspornya, lantaran CPO banyak diproduksi dan membutuhkan tujuan pasar yang besar untuk menyerap ketersediaan yang ada.
"Sedangkan sarang burung walet kan biasa dikonsumsi masyarakat menengah atas ya, enggak banyak pengaruh ke masyarakat luas juga, jadi baguslah diekspor," tukasnya. (X-15)
perluasan kesempatan kerja ke luar negeri amat penting. Namun, pendekatan pemerintah seharusnya lebih manusiawi dan berkeadilan.
Pelepasan ekspor ini merupakan bagian dari strategi nasional untuk memperkuat ekonomi biru melalui integrasi digital, keberlanjutan, dan kolaborasi lintas sektor.
Jumlah ekspor gula kelapa kristal atau gula semut sebanyak 18,5 ton senilai US$35 ribu
MENTERI Perdagangan (Mendag) Budi Santoso memantau harga dan pasokan barang kebutuhan pokok (bapok) di Pasar Kebon Kembang, Bogor, Jawa Barat pada Rabu, (26/3).
KEMENTERIAN Perdagangan (Kemendag) mendukung peningkatan volume dan nilai ekspor produk sarang burung walet Indonesia ke Tiongkok.
Kemendag mengimbau para pelaku usaha pengemas (repacker) minyak goreng Minyakita untuk mematuhi ketentuan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved