Headline
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.
PT Freeport Indonesia (PTFI) akan memulai pembangunan smelter atau pabrik pengolahan mineral pada awal 2020 mendatang.
Juru bicara Freeport Indonesia Riza Pratama mengungkapkan saat ini proses pembangunan masih dalam tahap sangat awal yakni analisis mengenai dampak lingkung-an (amdal) dan penstabilan tanah. “Infrastrukturnya belum. Mungkin awal tahun depan,” ujar Riza di Jakarta, Rabu (8/5) malam.
Hingga Februari 2019, kemajuan pembangunan smelter Freeport baru mencapai 3,86%. Sebagian lahan untuk pembangunannya telah siap dan akan dilanjutkan proses pemadatan lahan secara paralel di lahan inti sekitar 35 hektare (ha). Pembangunan smelter ini sejalan dengan Undang-Undang (UU) Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batu bara (Minerba). Tujuannya, agar perusahaan tidak mengekspor bahan mentah, tapi melakukan pemurnian untuk meningkatkan nilai tambah produk hasil pertambangan.
Kendati masih minim progres, Riza menolak jika pembangunan smelter disebut berjalan lambat. Pengerjaan yang tengah berlangsung, menurutnya, sudah sesuai timeline yang ditetapkan perusahaan. “Jadi bukan kita harus cepat-cepat. Ini sudah ada jadwalnya. Kita kan juga harus siapkan alatnya. Itu dari Jepang. Disiapkan di sana, nanti di sini tinggal pasang. Jadi bukan seperti bikin rumah, bisa kita cepat-cepat,” jelasnya.
Dengan jadwal yang ada, Freeport menargetkan pembangunan smelter akan rampung paling lambat 2023 mendatang.Riza menyebut biaya investasi yang dibutuhkan untuk pabrik pengolahan mineral itu mencapai US$2,8 miliar, lebih tinggi daripada perkiraan awal yang hanya US$2,3 miliar. “Waktu itu kan masih kisaran. Itu juga beberapa tahun lalu, sebelum kita develop dengan Inalum dan ada inflasi juga,” tandasnya. (Pra/E-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved