Headline
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.
NILAI tukar rupiah melemah pascarilis report World Economic Outlook (WEO), di mana International Monetary Found (IMF) memangkas pertumbuhan global di tengah eskalasi perang dagang dan perlambatan ekonomi Tiongkok.
Pada pembukaan hari ini, rupiah berada di level 14.145 per dolar Amerika Serikat (AS), tak berbeda dengan penutupan pada hari sebelumnya, yakni 14.153 per dolar AS.
Baca juga: Pertamina Pastikan Keamanan Pasokan BBM dan LPG Selama Pemilu
Ekonom Bank Permata Josua Pardede menyatakan pemangkasan proyeksi perekonomian global yang dilakukan oleh IMF mendorong sentimen risk-averse di pasar keuangan negara berkembang.
"Pertumbuhan ekonomi Tiongkok yang merupakan mesin pertumbuhan ekonomi terbesar kedua dunia, cenderung melambat seiring pengetatan kebijakan dalam mengelola shadow banking serta dampak dari eskalasi perang dagang dengan Amerika Serikat," tutur Josua, Kamis (11/4).
Ketegangan perdagangan tersebut semakin mengikis kepercayaan bisnis para investor. Karenanya, kata Josua, sentimen pasar keuangan memburuk, dengan kondisi keuangan yang semakin ketat untuk pasar negara berkembang yang lebih rentan dan kemudian di ekonomi maju, membebani permintaan global.
"Dampak dari perlambatan ekonomi global akan berdampak langsung pada perekonomian negara berkembang yang bermitra dagang dengan Tiongkok yang diperkirakan akan melambat pada tahun ini," ujarnya
Namun begitu, mengingat kontribusi net ekspor pada perekonomian Indonesia cenderung lebih rendah dibandingkan dengan negara lainnya di kawasan Asia, maka pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan masih akan solid.
Meskipun demikian, kekhawatiran ekonomi global akan mempengaruhi sentimen di pasar keuangan karena investor global akan cenderung memobilisasi dana-dananya pada safe haven aset dan mengurangi posisi investasinya pada negara-negara berkembang yang identik dengan aset yang lebih berisiko.
Baca juga: Inflasi Produsen dan Konsumen Tiongkok Periode Maret Naik
Josua mengatakan, mempertimbangkan kinerja perekonomian Indonesia yang cenderung solid dan stabil dalam beberapa tahun terakhir ini, kepercayaan investor diperkirakan masih tetap positif sehingga diharapkan tidak mendorong pelarian modal asing yang signifikan dari pasar keuangan domestik.
Secara tahun kalender, investasi modal asing cenderung meningkat pada tahun ini. Investor asing membukukan net buy sebesar US$1,06 miliar di pasar saham domestik sementara kepemilikan investor asing pada Surat Berharga Negara juga meningkat US$4,7 miliar per awal April 2019 jika dibandingkan dengan akhir tahun lalu.
Dirinya memprediksi rupiah akan cenderung stabil di kisaran 14.100-14.200 per dolar AS. (OL-6)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved