Headline

. AS kembali memundurkan waktu pemberlakuan tarif resiprokal menjadi 1 Agustus.

Fokus

Penurunan permukaan tanah di Jakarta terus menjadi ancaman serius.

Nilai Tukar Rupiah Diprediksi Stabil di Tahun Politik

Fetry Wuryasti
26/3/2019 19:52
Nilai Tukar Rupiah Diprediksi Stabil di Tahun Politik
Karyawan memegang mata uang rupiah di gerai penukaran mata uang asing Ayu Masagung, Kwitang, Jakarta Pusat, Senin (28/1/2019).(ANTARA)

NILAI tukar rupiah yang sempat melemah selama 2018 diprediksi akan stabil di tahun politik. Kestabilan ini didasarkan pada beberapa hal, diantaranya adalah sikap The Fed yang tidak akan menaikkan suku bunga acuannya pada tahun ini. Hal ini terkait dengan adanya pelambatan ekonomi yang terjadi di Amerika Serikat.

Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS), Putu Rusta Adijaya, mengatakan nilai tukar rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat terapresiasi seiring posisi dovish The Fed yang menyatakan tidak akan menaikkan suku bunga acuan.

Baca juga: Ekonom Nilai Ekonomi Indonesia Punya Potensi Tumbuh Lebih Tinggi

Apresiasi nilai tukar rupiah ini seiring dengan kepercayaan investor pada ekonomi Indonesia di tengah pelambatan ekonomi global.

“Posisi dovish The Fed perlu diwaspadai oleh otoritas moneter di seluruh dunia, terutama di negara berkembang. Posisi dovish menandakan The Fed juga concern terhadap pertumbuhan ekonomi dunia yang diproyeksi turun 0,2 percentage point di 2019 dan 0,1% di 2020,” ungkapnya, melalui rilis yang diterima, Selasa (26/3).

Bank Indonesia juga perlu memperkuat kerjasama dengan bank sentral negara tetangga, seperti Singapura, Thailand dan Malaysia untuk mekanisme Local Currency Swap (LCS).

Penerapan kebijakan ini dapat memperkuat stabilitas nilai tukar rupiah di tengah pelambatan ekonomi global dan perang dagang.

Namun, Putu juga menekankan perlunya kewaspadaan pemerintah terhadap berbagai kemungkinan yang ada. Pemerintah, lanjutnya, perlu tetap mewaspadai dampak perang dagang antara Amerika Serikat dengan Tiongkok.

Perang dagang harus diantisipasi supaya tidak berkembang menjadi currency war atau perang nilai tukar. Kalau Tiongkok mendevaluasi mata uangnya lagi, maka nilai tukar renminbi akan semakin melemah.

Baca juga: Indonesia Jadi Surga Bagi E-Commerce

“Kalau sampai hal ini terjadi, maka ekspor mereka akan semakin murah sehingga barang-barang mereka akan tersebar ke seluruh dunia, tidak terkecuali Indonesia. Hal ini akan mengurangi competitiveness of goods. Asumsi ceteris paribus, Indonesia akan mengimpor barang dari Tiongkok, terjadi trade deficit, dan mempengaruhi nilai tukar rupiah,” jelas Putu.

Pemerintah juga perlu mewaspadai kondisi Current Account Deficit (CAD) karena salah satu komponen dari CAD ini adalah trade balance. Jika terjadi currency war, maka jumlah CAD akan semakin besar dan investor akan bersikap spekulatif yang akhirnya mempengaruhi nilai tukar secara mendalam. (OL-6)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Astri Novaria
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik