Headline
Saat ini sudah memasuki fase persiapan kontrak awal penyelenggaraan haji 2026.
Saat ini sudah memasuki fase persiapan kontrak awal penyelenggaraan haji 2026.
PERLAMBATAN pertumbuhan ekonomi global menjadi salah satu fokus utama pasar di 2019 dan kembali mengemuka di awal Maret ini. PT Manulife Aset Manajemen Indonesia menyebut pertumbuhan ekonomi global tahun ini memang akan melambat.
"Hal ini wajar terjadi, mengingat dampak pendorong pertumbuhan dari reformasi pajak Amerika Serikat tahun lalu akan mulai berkurang," ujar ujar Senior Portfolio Manager-Equity PT Manulife Aset Manajemen Indonesia, Samuel Kesuma, melalui rilis yang diterima, Rabu (13/3).
Selain itu, ketidakpastian perang dagang dan tren kenaikan suku bunga global tahun lalu juga menjadi penghambat pertumbuhan ekonomi. Kondisi ini menjadi kejutan bagi pasar di tahun 2018 yang menyebabkan pasar secara global mengalami koreksi.
Baca juga: AS-Tiongkok Bersiap Akhiri Perang Dagang
Tetapi, saat ini, pasar telah menyesuaikan ekspektasinya sehingga risiko kejutan negatif bagi pasar tidak sebesar tahun lalu. Kemudian, di saat ekspektasi sudah terlalu rendah, probabilitas terjadinya kejutan baik akan lebih besar dari berita buruk.
"Sebagai contoh saja, pertumbuhan PDB AS di kuartal IV/ 2018 tercatat sebesar 2,6%, lebih baik dari ekspektasi konsensus di level 2,2%," ungkap Samuel.
Faktor yang dapat mengubah ekspektasi pertumbuhan PDB Global yakni segala faktor yang dapat mendukung perdagangan bebas, mengurangi tarif dagang dan meningkatkan perdagangan global dapat menjadi katalis positif bagi outlook ekonomi global.
Oleh karena itu, hasil negosiasi dagang AS dengan Tiongkok yang positif dapat menjadi sentimen positif bagi pasar. Selain itu, negosiasi Brexit yang lancar dengan proses keluarnya UK dari Uni Eropa secara gradual juga akan menjadi hasil yang disukai oleh pasar.(OL-5)
Airlangga Klaim Ekonomi Indonesia jadi Referensi Negara ASEAN
DI tengah ketidakpastian pasar keuangan global, penurunan tarif bea masuk dari Amerika Serikat (AS) memberi ruang napas baru bagi sejumlah negara.
Indonesia dinilai memiliki posisi yang relatif lebih baik dalam menghadapi gelombang tarif baru dari AS.
Keputusan Bank Indonesia (BI) menurunkan suku bunga acuan BI rate harus segera disambut pemerintah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.
Per kuartal II 2025 yang lalu, konsumsi swasta dan pemerintah menyumbang 62,53% terhadap PDB, sementara investasi menyumbang 27,83%.
SENIOR Economist DBS Bank Radhika Rao turut buka suara atas pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II yang mencapai 5,12%.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved