Headline

Pengibaran bendera One Piece sebagai bagian dari kreativitas.

Saham Asia Melemah Setelah Sentuh Level Tertinggi

Fetry Wuryasti
20/2/2019 10:47
Saham Asia Melemah Setelah Sentuh Level Tertinggi
(ANTARA)

SETELAH sesi yang sepi di Eropa dan libur pasar Amerika Serikat (AS) karena Hari Presiden pada Senin (18/2), investor sepertinya termotivasi oleh arus berita dari perundingan dagang AS-Tiongkok.

Saham Asia sempat mendekati level tertinggi empat bulan pada Selasa (19/2) terutama karena pasar Tiongkok dan Australia. Namun, kenaikan ini kemudian terhapuskan karena Tiongkok menuduh AS memicu ketakutan keamanan siber.

Dari aspek negosiasi dagang, Tiongkok bersedia mengurangi surplus perdagangan dengan AS dengan cara meningkatkan pembelian barang dan saja secara signifikan.

"Ini terdengar seperti perkembangan positif, tapi mungkin tidak cukup untuk mengakhiri ketegangan dagang. Topik penting dalam hal ini adalah kekayaan intelektual, paksaan transfer teknologi, dan subsidi dari Tiongkok kepada perusahaan domestiknya," ujar Lukman Otunuga, Analis FXTM, Rabu (20/2).

Semua topik itu sepertinya lebih rumit dari mengurangi defisit perdagangan. Tanpa perjanjian yang dapat dilaksanakan dengan baik, pasar tidak akan memberi respons positif.

Sepertinya sengketa dagang ini masih jauh dari titik akhir. Komponen terpenting untuk mencapai kesepakatan adalah kepercayaan.

"Nota kesepahaman tanpa ada mekanisme pelaksanaan dapat menyiratkan bahwa kesepakatan tersebut tidak kuat dan dapat buyar kapan saja. Skenario yang paling memungkinkan saat ini adalah perpanjangan batas waktu dari 1 Maret untuk memberi tambahan waktu negosiasi guna mencapai kesepakatan yang kuat," kata Otunuga.

Baca juga: Perusahaan Unicorn Mendorong Gerak Ekonomi

Walau optimisme dagang telah mendorong selera risiko selama beberapa pekan, namun sinyal dari berbagai bank sentral di seluruh dunia adalah faktor yang lebih penting dalam mengangkat aset berisiko, terutama dari Federal Reserve.

Pada Rabu (20/2) waktu setempat, hasil rapat FOMC akan memberi gambaran apakah siklus pengetatan hampir berakhir atau suku bunga akan terus ditingkatkan di 2019. Hal yang lebih penting lagi, pasar perlu tahu apakah Fed bersiap untuk memperlambat atau mengakhiri perampingan neracanya.

Emas mengalami reli signifikan sejak awal tahun. Komoditas ini telah menanjak 3,4% sejak awal tahun dan lebih dari 14% dari level terendah Agustus 2018.

Reli emas ini terjadi walaupun Dolar menguat, ekspektasi inflasi lemah, dan saham mengalami pemulihan luar biasa. Situasi seperti ini tidak terjadi sebelumnya.

Dahulu, emas memiliki korelasi negatif dengan Dolar AS dan harga saham. Perbedaan kali ini adalah pasar mulai mengantisipasi pelonggaran kuantitatif putaran baru, dan logam mulia ini adalah faktor penting dalam kebijakan bank sentral.

"Hasil rapat FOMC di hari Rabu akan menjelaskan lebih lanjut apakah perubahan arah kebijakan semakin mungkin kita saksikan," tukas Otunuga. (OL-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya