Headline

Tidak ada solusi militer yang bisa atasi konflik Israel-Iran.

Fokus

Para pelaku usaha logistik baik domestik maupun internasional khawatir peningkatan konflik Timur Tengah.

Indonesia Komitmen Eratkan Kerja Sama dengan EEC

Andhika Prasetyo
14/2/2019 19:00
Indonesia Komitmen Eratkan Kerja Sama dengan EEC
(MI/Susanto)

INDONESIA  dan negara-negara yang tergabung dalam Eurasia Economic Comission (EEC) berkomitmen untuk mempererat hubungan kerja sama perdagangan dan investasi.

Komitmen itu dituangkan dalam Penandatanganan Joint Ministrial Statement yang dilakukan langsung oleh Menteri Perdagangan Republik Indonesia Enggartiasto Lukita dan Menteri Integrasi dan Makroekonomi EEC Tatyana Valovaya di Kantor Kementerian Perdagangan, Jakarta, Kamis (14/2).

Pernyataan gabungan kedua menteri itu membuka gerbang pembahasan yang lebih detail dan mendalam untuk kemudian ditindaklanjuti dengan penandatangan Memorandum of Cooperation (MoC).

"EEC ini tidak bisa langsung lompat pada kerja sama inti. Karena mereka ini sebuah kelompok negara, jadi harus melalui satu prosedur dan standar, bentuknya MOC. Karena kita yang mengajak, dan sejauh itu dasarnya adalah untuk meningkatkan hubungan ekonomi kedua pihak, ya kita ikut. Buat kita tidak ada persoalan," ujar Enggartiasto usai pertemuan.

Untuk sampai pada tahap penandatanganan MoC, ia memprediksi tidak akan butuh waktu lama.

Kesepakatan itu rencananya akan diteken bersamaan dengan agenda forum bisnis yang akan dihadiri para pelaku usaha asal semua negara terkait.

"Kami sedang atur jadwal. Diharapkan bisa kuartal satu atau dua," ucapnya.

Baca juga : Ratifikasi IP-PTA Perkuat Hubungan Dagang RI-Pakistan

Tatyana Valovaya pun mengaku menginginkan penandatanganan MoC dapat dilaksanakan segera pada tahun ini.

"Kami siap melakukan penjajakan awal, melihat berbagai kemungkinan apa saja yang tersedia, komoditas apa saja yang bisa dikerjasamakan lebih besar dengan Indonesia," tuturnya.

Pada 2018, total perdagangan antara Indonesia dan lima negara EEC yakni Rusia, Belarusia, Armenia, Kazakstan, Kirgistan mencapai US$2,79 miliar.

Enggar menyebut porsi ekspor dan impor dari kedua belah pihak relatif seimbang.

"Harapan kami dengan adanya komitmen ini, dalam kurang dari lima tahun ke depan akan ada peningkatan angka perdagangan dua kali lipat. Asalkan ada program pemerintah yang berkelanjutan," jelasnya.

Dalam transaksi selama ini, komoditas asal Tanah Air yang banyak diekspor adalah minyak kelapa sawit dan turunannya, kopo, karet, makanan jadi serta mebel dan tekstil.

Sebaliknya, Indonesia banyak mendatangkan aluminium, pupuk dan gandum. (OL-8)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ghani Nurcahyadi
Berita Lainnya