Headline

. AS kembali memundurkan waktu pemberlakuan tarif resiprokal menjadi 1 Agustus.

Fokus

Penurunan permukaan tanah di Jakarta terus menjadi ancaman serius.

JK: Kenaikan Tarif Tiket Pesawat akibat Persaingan tidak Sehat

Antara
12/2/2019 20:30
JK: Kenaikan Tarif Tiket Pesawat akibat Persaingan tidak Sehat
(ANTARA)

WAKIL Presiden Jusuf Kalla mengatakan kenaikan tarif tiket pesawat disebabkan oleh adanya persaingan yang tidak sehat antarmaskapai yang sebelumnya berlomba menjual tiket penerbangan dengan harga murah.

"Jadi kalau kita tekan terlalu murah tiketnya, juga bagus untuk jangka pendek. Tapi jangka panjangnya, mereka tidak bisa beli pesawat baru, akhirnya kita yang kena juga," kata JK di Kantor Wapres Jakarta, Selasa (12/2).

JK menjelaskan menjual tiket penerbangan komersial dengan harga murah memang menguntungkan dengan mendapat banyak peminat penumpang, tetapi keuntungan itu hanya berlaku dalam jangka pendek.

Wapres memberikan contoh sejumlah maskapai berbiaya murah yang akhirnya menutup perusahaan karena tidak lagi mampu membayar biaya operasional.

"Mengelola 'airlines' itu tidak mudah, apalagi kalau mau ditarik murah. Sudah berapa 'airlines' yang tutup? Ada Batavia dulu, ada Adam Air, ada Merpati, ada Mandala, ada Sempati; semua itu kan tutup, bangkrut," tambahnya.


Baca juga: Syarat Dipermudah, Penyalur Baru Avtur Wajib Pasok Bandara Kecil


Dengan adanya persaingan tidak sehat tersebut akibatnya industri transportasi udara di Indonesia didominasi antara lain oleh dua perusahaan besar, yakni PT Garuda Indonesia (Persero) dan PT Lion Mentari Airlines.

JK pun mengatakan dominasi tersebut juga salah satunya disebabkan oleh matinya maskapai yang menjual harga tiket pesawat murah.

"Menurut saya bukan kartel, karena mereka terlalu murah akhirnya yang lain mati. Jadi bukan karena didesain, tapi karena mereka mencoba-coba masuk 'airlines' dengan tarif murah, ya mati," katanya.

Oleh karena itu, untuk menghindari kepanikan masyarakat dalam menghadapi kenaikan harga tiket pesawat, Wapres meminta seluruh perusahaan penerbangan untuk duduk bersama dan menentukan biaya tetap operasional.

"Saya kira, walaupun mereka (maskapai, red.) bersaing, mereka juga harus tetap menghitung biaya tetapnya, ada harga pokok daripada BBM itu. Karena 35% dari ongkos pesawat itu avtur kan," ujarnya. (OL-1)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik