Penaikan suku bunga acuan oleh bank sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve (The Fed), sebesar 25 basis poin menjadi 0,5% pada Rabu (16/12) diklaim tidak berpengaruh banyak pada arus investasi riil di Indonesia. Penurunan suku bunga Bank Indonesia pun masih relevan.
Wakil Presiden Jusuf Kalla berasalan, tidak signifikannya pengaruh kenaikan suku bunga itu lantaran, pertama, keuntungan investasi riil di Indonesia yang tinggi hingga 10% masih menjanjikan. Ia tak mempermasalahkan jika arus investasi sektor keuangan (portofolio) di Indonesia mengalir ke AS karenanya.
"Kalau portofolio mau kembali (ke AS) tidak ada pengaruhnya. Kita pengaruhnya kalau (ada arus keluar) FDI (foreign direct investment) atau investasi riil. (Tapi) itu pasti tetap," cetus dia, di Istana Wapres, Jakarta, Kamis (17/12).
Kedua, suku bunga acuan di Indonesia sudah tinggi sejak lama. Dalam penilaiannya, kenaikan suku bunga The Fed itu lebih berpengaruh kepada negara-negara yang suku bunga acuannya kecil. Misalnya, Jepang (0,1%), maupun AS sendiri.
"Di Indonesia BI rate 7,5%. Jadi mereka naikkan 0,25% ya kecil sekali (dampaknya)," ucap JK.
Lantaran itulah, Wapres tetap pada pendiriannya agar suku bunga acuan BI bisa diturunkan. Di samping kenaikan oleh The Fed tak berpengaruh banyak pada sektor riil, lanjutnya, Indonesia sedang butuh peningkatan industri dalam negerinya.
"Tidak mungkin industri manufaktur berkembang kalau bunga tinggi. Jadi jangan hanya lihat dari satu sisi. Tidak ada negara maju apabila hanya selalu dilihat dari sektor keuangan saja. Dilihat sektor riilnya juga," tandas JK.(Q-1)