Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Sistem Peringatan Dini Mutlak untuk Indonesia

Cahya Mulyana
25/12/2018 14:50
Sistem Peringatan Dini Mutlak untuk Indonesia
(MI/USMAN ISKANDAR)

KONDISI geografis Indonesia yang berada di cincin api dan memiliki banyak patahan membutuhkan banyak antisipasi guna menekan jumlah korban ketika terjadi gempa bumi dan lainnnya. Untuk itu pemerintah wajib berinvestasi dalam membangun sistem peringatan dini bencana.

“Sistem peringatan dini adalah kebutuhan mutlak untuk Indonesia, negara kepulauan dengan garis pantai terpanjang di dunia yang berada di Cincin Api Pasifik," ujar Ketua Umum Persatuan Insinyur Indonesia Heru Dewanto dalam keterangan resmi, Selasa (25/12).

Menurut dia, pembangunan sistem ini harus direalisasikan melalui kebijakan yang kompherensif. Tujuannya supaya nilai investasinya tepat dan terukur serta memberikan efisiensi.

"Mitigasi bencana dapat diintegrasikan dengan fungsi pertahanan negara, kemaritiman, dan perikanan. Dengan begitu negara bisa mempersiapkan diri menghadapi berbagai kerentanan dan acaman," tegasnya.

 

Baca juga: PII: Sistem Mitigasi Bencana Harus Menyeluruh

 

Kemudian pembangunan sistem ini harus dilaksanakan mulai dari hulu hingga ke hilir dengan terintegrasi pada rantai sistem peringatan dini. Hal itu khususnya dengan melibatkan peran dan kesadaran masyarakat di daerah yang akan berpotensi terpapar, termasuk para pengelola fasilitas umum yang vital di daerah pesisir.

Sistem peringatan dini juga tidak hanya untuk potensi tsunami dari gempa tektonik (seismik), tetapi juga gempa nontektonik seperti gempa vulkanik yang terjadi di selat Sunda. 

Pembangunan ini meliputi subsistem di hulu di tengah laut berupa sistem sensor pemantau perubahan muka laut seperti buoy, kabel bawah laut, dan radar.

"Saat ini baru ada sistem peringatan dini di pantai, bukan di hulu," ungkapnya.

Heru juga menegaskan bahwa semua pihak harus mengkritisi sikap fatalisme yang sudah berakar di negeri ini dalam menyikapi potensi bencana. Yaitu sikap pandang untuk menyerahkan urusan bencana ke tangan sang nasib, akibatnya enggan untuk berinvestasi agak besar dalam memitigasi bencana.

"Padahal, dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini, dengan sistem mitigasi bencana dari hulu ke hilir, korban dan dampak bencana dapat diminimalisasi bahkan dihindari. Memang investasinya cukup tinggi tapi kita harus mengalokasikannya," pungkasnya. (OL-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dwi Tupani
Berita Lainnya