Headline

Hakim mestinya menjatuhkan vonis maksimal.

Fokus

Talenta penerjemah dan agen sastra sebagai promotor ke penerbit global masih sangat sedikit.

Warga Serbu Pasar Kue Subuh

Ghani Nurcahyadi
14/12/2018 02:00
Warga Serbu Pasar Kue Subuh
(MI/RAMDANI)

SELAIN Monumen Nasional (Monas) dan Ancol, Jakarta juga terkenal dengan destinasi Pasar Kue Subuh Senen di kawasan Senen, Jakarta Pusat. Di pasar itu sangat mudah ditemukan segala jenis kue, mulai bentuk, rasa, hingga harga. Ratusan jenis kue pasar dijajakan dengan cita rasa berlimpah. Ada gurih, manis, asin, dan asam. Harga kue mulai Rp500 hingga 4.000 per biji.

Terdapat juga kue untuk hantaran atau acara resmi, sebut saja tar, lapis legit, bolu marmer, dan roti buaya. Harganya bervariasi, tergantung ukuran kue.

Sejarah Pasar Kue Subuh bermula dari Elkana Tju dan empat rekannya yang menggagas lapak kue di area pinggiran Pasar Senen, medio 1988. Kala itu, hanya lima meja lapak berjejer sejak pukul 02.00 hingga 08.00 WIB. Dagangan mereka waktu itu hanya untuk memenuhi kebutuhan kue bagi warga Senen dan sekitarnya.

"Semakin lama kian banyak yang ikutan berjualan di sana, sekitar 50 meja. Sampai 1991, Elkana mengajukan izin ke pengelola Pasar Senen Blok 4 untuk menggunakan area parkir sebagai area dagang kue subuh," ujar Property Management Coordinator for Trade Centre PT Jaya Real Property Tbk, pengelola Pusat Perdagangan dan Grosir Senen Jaya, Shindu Hariyadi Wibisono, dalam keterangan tertulisnya, Rabu (12/12).

Setelah secara resmi menempati area tersebut, perkembangan Pasar Kue Subuh Senen semakin luar biasa selama tujuh tahun berturut-turut hingga 1998. Pelanggan Pasar Kue Subuh Senen yang datang bukan hanya warga Jakarta, melainkan juga dari beberapa kawasan penyangga Ibu Kota, seperti Bekasi, Depok, Bogor, Tangerang, hingga Cilegon.

Sebagian besar dari mereka, yaitu reseller (penjual kembali) selain penikmat langsung (end user). Hengky Djauhari, salah satu pengurus Pasar Kue Subuh Senen sekaligus generasi kedua dari Elkana Tju, mengaku beberapa kali menerima pesanan kue dari Badan usaha milik negara (BUMN) serta institusi pemerintah, seperti Garuda Indonesia, Merpati, dan Istana Presiden.

Transaksi
Kendati populer dengan nama Pasar Kue Subuh, sejak 1995 para pedagang sepakat mengubah jam operasionalnya. Kini, konsumen tidak perlu harus subuh untuk menikmati jajanan favorit karena pasar mulai buka sejak pukul 19.00 hingga 06.00 WIB.

Sesi pertama, mulai pukul 19.00 sampai 02.00 WIB didominasi konsumen skala grosir atau reseller dari area Jabodetabek. Mereka membeli dalam jumlah partai besar dengan menggunakan mobil boks ukuran Colt L300, bahkan ukuran Engkel.

"Mulai 02.00 sampai 06.00 WIB, pasar melayani pembeli menengah dan kecil, seperti pengusaha katering dan ibu-ibu rumah tangga yang sedang menggelar hajatan di rumah atau kantor," tukas Shindu.

Setiap malam ada puluhan truk yang menyuplai kue ke pasar seluas 1.769 meter persegi berkapasitas 700 meja lapak itu. Sedikitnya 500-700 pengunjung datang dengan nilai transaksi mencapai Rp600-Rp800 jutaan per malam. "Sebelum peristiwa kebakaran beberapa waktu lalu, pengunjung bisa 1.000 orang semalam dengan transaksi hampir Rp1 miliar," imbuh Shindu.

Meski mencatat sejarah cukup panjang, perjalanan Pasar Kue Subuh Senen tak selalu senikmat rasa kue. Artinya, para pedagang juga mengalami pasang surut. Penyebabnya rupa-rupa, mulai kebakaran hingga kian ramai sentra kue subuh baru di beberapa kawasan di Jakarta.

Salah satu bencana yang menimpa mereka berupa kebakaran pada tahun lalu di Pasar Senen Blok 1 dan 2. Musibah ini mengharuskan mereka pindah ke Blok 4 dan 5. (S-4)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dedy P
Berita Lainnya