Headline

Berdenyut lagi sejak M Bloc Space dibuka pada 2019, kini kawasan Blok M makin banyak miliki destinasi favorit anak muda.

Fokus

PSG masih ingin menambah jumlah pemain muda.

Harga Dolar Naik, Pembudidaya Ikan Koi Peroleh Berkah

Agus Utantoro
30/8/2015 00:00
Harga Dolar Naik, Pembudidaya Ikan Koi Peroleh Berkah
(--(MI/IMMANUEL ANTONIUS))
Menguatnya nilai tukar dolar AS terhadap rupiah, tidak harus menjadi bencana. Salah satunya adalah para pembudidaya ikan hias khususnya ikan koi.

Direktur Pengembangan Produk Nonkonsumsi Kementerian Kelautan dan Perikanan, Maman Hermawan, Sabtu malam mengemukakan kondisi keterpurukan
rupiah menjelaskan, kondisi ini harus dapat dimanfaatkan oleh para pembudidaya.

“Jangan hanya ekspor banyak tetapi juga peningkatan
kualitas,” katanya, hari ini.

Di sela sela The 4th Indonesia Breeder KOI Show 2015 di Yogyakarta itu, Maman mengungkapkan secara resmi eksporter Indonesia membuka direct sale
ke Tiongkok di Provinsi  Guangang Zhou. Lahan seluas enam hektare disiapkan khusus untuk menerima ikan hias asal Indonesia sebagai awal masuk ke Uni Eropa.

“Ini penting untuk membangun sytem perdagangan legal. Kita tahu, tanpa diatur, kita belum ekspor tahu-tahu sudah muncul di  Tiongkok,” katanya

Selain direct sale ke Tiongkok saat ini juga sudah membuka langsung ke kawasan Timur Tengah. "Di Iran, ikan koi kita sudah masuk. Dulu sama sekali
tidak boleh. Ikan cupang aduan kita juga sudah masuk ke Eropa Timur,” kata Maman.

Sementara Ketua Asosiasi Pecinta Koi Indonesia (APKI) Sugiarto Budiono menambahkan ikan hias Indonesia kalah bersaing salah satunya karena SDM
pelaku usaha.

“Semua butuh uang, indukan ikan yang bagus dirayu oleh pembeli luar negeri dan product bagus justru dari luar. Ini karena SDM kita perlu pengetahuan,” kata Sugiarto.

Selain melakukan pemberdayaan, juga didukung regulasi. Salah satunya aturan ukuran minamalis ekspor ikan.Sebab, dulu ekspor Indonesia berupa
telur, anakan ikan tanpa seleksi.

“Regulasi bagus pedagang tidak saling bunuh, tidak menutup kemungkinan kita jadi ekportir terbesar di dunia,” kata Sugiarto.

Maman menambahkan potensi ikan hias cukup besar. “Kalau tahun 2009 Indonesia posisi ke 17 ekportir ikan hias di dunia, tahun 2010 naik ke peringkat 11, tahun 2012 peringkat sembilan.” ujarnya lagi.

Tahun 2013, jelasnya, Indonesia menempati peringkat lima, hanya kalah dengan Singapura, Spanyol dan Jepang.

Rata-rata pertumbuhan nilai ekspor ikan hias pada periode 2000-2013 mencapai 8,4 persen. Nilai ekspor tahun 2014 mencapai US$24 dan tahun 2015 sudah mencapai  US$30 juta.

Sementara total nilai perdagangan ikan hias dunia sekitar US$325 juta dan Singapura petingkat pertama dengan nilai US$60 an juta.

“Pembukaan direct sale, kita yakin dalam beberapa tahun ke depan bisa menyalup Sigapura. Sebab 67 persen ekspor Singapura, pasokannya dari kita,” tegas Maman.

Baik Maman maupun Sugiarto menegaskan potensi ikan hias Indonesia cukup menjanjikan. Beberapa spesiea hanya ada di Indonesia. Misalnya red arwana
hanya ada di Pontianak, ikan rainbow hanya ada  di Papua. (Q-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Admin
Berita Lainnya