Headline

Reformasi di sisi penerimaan negara tetap dilakukan

Fokus

Operasi yang tertunda karena kendala biaya membuat kerusakan katup jantung Windy semakin parah

Modernland Realty Raup Penjualan Rp2,5 Triliun di Semester I 2018

Micom
30/9/2018 18:45
Modernland Realty Raup Penjualan Rp2,5 Triliun di Semester I 2018
(Maket Cleon Park, salah satu proyek yang dikembangkan anak usaha PT Modernland Realty Tbk. Dok Modernland)

PT Modernland Realty Tbk berhasil mencatatkan marketing sales sebesar Rp2,5 triliun pada semester I 2018. Perolehan itu dikontribusi besar oleh penjualan lahan perseroan, sementara pendapatan dari penjualan unit propertinya mengalami sedikit penurunan.

"Hingga per 30 Juni 2018, perseroan membukukan pendapatan sebesar Rp1,40 triliun, turun Rp37,63 miliar atau 2,62% bila dibandingkan dengan posisi per 30 Juni 2017 yang sebesar Rp1,43 triliun," terang Direktur Utama PT Modernland Realty Tbk William Honoris dalam public expose di Modern Golf & Country Club, Kota Modern, Tangerang, Jumat (28/9).

William menyebut, penurunan pendapatan itu disebabkan oleh merosotnya volume penjualan rumah tinggal dan ruko. Akan tetapi, perseroan lumayan dapat angin segar karena penurunan penjualan rumah dan ruko itu mampu diimbangi oleh meningkatnya penjualan lahan perseroan yang jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.

Pada periode tersebut, perseroan memang berhasil menjual lahan senilai Rp1,15 triliun kepada PT Waskita Modern Realty, perusahaan patungan 40:60 antara PT Bagasasi Inti Pratama (anak perusahaan PT Modernland Realty Tbk) dan PT Waskita Karya Realty.

Proyek kerja sama itu akan mengembangkan sebuah kota mandiri dengan mengusung konsep Toll-Road City (TRC) yang kelak akan terintegrasi langsung dengan ruas Tol Tanjung Priok–Cibitung serta dilengkapi dengan berbagai fasilitas transportasi dan sarana pendukung lainnya.

Dengan kinerja penjualan seperti itu, perseroan mampu mencatatkan laba bersih per 30 Juni 2018 sebesar Rp181,49 miliar. Jumlah itu meningkat Rp43,08 miliar atau 31,12% bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp138,41 miliar. Peningkatan laba bersih sebagian besar disebabkan oleh penurunan beban usaha serta beban keuangan perseroan.
 
Dari sisi proyek, pada semester I 2018, Modernland Realty melalui anak perusahaannya, PT Mitra Sindo Sukses, berhasil meluncurkan apartemen pertamanya di Jakarta Garden City, yakni Cleon Park. Sampai dengan saat ini semua unit apartemen tersebut telah terjual habis. Pada periode itu pula, perseroan melalui anak perusahaannya PT Modern Asia Hotel juga telah menyelesaikan Hotel Swiss-Belinn Modern Cikande Banten, yang dibuka pada akhir September 2018 ini.

"Perseroan tetap berkomitmen memenuhi kebutuhan akan perumahan dan penyediaan lahan industri dengan melakukan penjualan produk hunian di Jakarta Garden City dan penjualan lahan industrial melalui proyek kawasan industri Modern Cikande di Serang," ujar William.

Di tempat sama, Wakil Direktur Utama PT Modernland Realty Tbk Freddy Chan, mengaku optimistis kinerja perseroan bakal terus membaik. Hal itu didasari antara lain kebutuhan akan hunian yang besar. Pertambahan penduduk di wilayah Jabodetabek mencapai 600 ribu orang per tahun, dengan jumlah penduduk kawasan ini per 2017 mencapai 28 juta jiwa.

"Kemampuan swasta memasok kebutuhan perumahan hanya sekitar 40%. Sedangkan pemerintah hanya memasok 20%. Dengan demikian 40% kebutuhan perumahan tidak dapat dipenuhi, artinya ada pasar dari kekurangan rumah di Jabodetabek yang mencapai 1,4 juta unit," tutur Freddy.

Ia menambahkan, permintaan properti untuk kelas menengah ke bawah pada semester I masih mendominasi sektor properti. Di sisi lain, pemerintah juga telah mengeluarkan kebijakan relaksasi loan to value (LTV) yang diharapkan akan mendorong pertumbuhan kredit KPR perbankan menjadi 13%-14% secara tahunan.

“Kebijakan tersebut kami harapkan mampu mendorong daya konsumsi rumah tangga karena harga beli properti menjadi lebih terjangkau," kata Freddy.

Sementara itu kinerja subsektor kawasan industri menurut dia belum menunjukkan perkembangan yang signifikan dan penyerapannya tidak setinggi 2017.

"Kalangan industri lebih melihat situasi makro sehingga mereka menunda keputusan melakukan pembelian lahan. Keputusan perusahaan untuk memutuskan pembelian atau melakukan ekspansi tidak akan dilakukan menjelang pemilihan presiden (Pilpres) mendatang," ujar Freddy Chan. (X-12)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ahmad Punto
Berita Lainnya