RUPIAH menghadapi tekanan jual yang tinggi karena krisis ekonomi di Turki mengganggu sentimen global dan menciptakan kondisi risk-off. Apresiasi dolar Amerika Serikat (AS) memperburuk situasi bagi rupiah. Mata uang Indonesia merosot ke level yang tak pernah tersentuh sejak Oktober 2015, yakni di atas 14.600.
“Rupiah sepertinya akan tetap tertekan karena selera risiko investor yang rendah dan Dolar yang menguat secara umum,” ujar Chief Market Strategist FXTM, Hussein Sayed, Selasa (14/8).
Karena itu, sambung dia, Bank Indonesia mungkin mempertimbangkan untuk meningkatkan suku bunga guna mendukung Rupiah. "Dari aspek teknis, USD-IDR mempunyai ruang untuk menyerang 14.700 di jangka pendek karena situasi risk-off yang dipicu krisis Turki mengurangi minat terhadap aset pasar berkembang," pungkasnya.
Pandangan ini dia utarakan melihat krisis Turki meluas ke berbagai pasar . Lira Turki terus melemah di awal Senin (13/8) kemarin, mencapai rekor terendah baru yaitu 7,21 per Dolar sebelum sedikit pulih pada sesi perdagangan Asia. (OL-7)