Headline

Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.

Fokus

Presiden menargetkan Indonesia bebas dari kemiskinan pada 2045.

BI Nilai Likuiditas Perbankan Cukup

Fetry Wuryasti
23/6/2018 10:05
BI Nilai Likuiditas Perbankan Cukup
(MI/RAMDANI)

BANK Indonesia (BI) memastikan kondisi likuiditas perbankan saat ini berada dalam tingkat yang cukup.

Karena itu, dampak kenaikan suku bunga kebijakan BI 7-day rate repo (BI 7DRR) tidak akan berdampak langsung pada kenaikan suku bunga kredit.

Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan likuiditas perbankan juga akan bertambah seiring dengan masuk kembalinya dana yang beredar di masyarakat pada musim libur Idul Fitri ke sistem perbankan. Selain itu, BI akan melakukan ekspansi moneter.

"Sampaikan ke perbankan, BI akan memastikan likuiditas tidak hanya longgar, bahkan lebih longgar," ujar Perry di Gedung Menara Sjafruddin Prawiranegara BI, kemarin.

Sebelumnya kalangan perbankan menyuarakan penaikan BI 7-day repo rate di akhir Juni ini mengingat pelonggaran likuiditas melalui pelonggaran kebijakan makroprudensial dan relaksasi di sektor perumahan (LTV) belum berjalan.

BI mencatat bahwa selama musim libur kali ini, uang tunai yang beredar di masyarakat mencapai Rp191,3 triliun. Jumlah itu lebih besar ketimbang prediksi awal BI, yakni Rp182 triliun. Diperkirakan, dalam tempo dua pekan ke depan, uang tunai itu akan masuk kembali ke sistem perbankan sehingga menambah likuiditas yang dimiliki perbankan.

Di sisi lain, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengaku tidak khawatir dengan kemungkinan penaikan kembali suku bunga BI 7-day repo rate yang saat ini berada pada level 4,75%.

Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso mengatakan tren penaikan suku bunga sudah pernah terjadi sebelumnya pada 2013.

"Ini pernah terjadi juga pada Mei 2013. Saya rasa kita sudah berpengalaman. Industri jasa keuangan persiapan likuditasnya cukup sehingga tidak akan terjadi respons yang tidak diinginkan," ujar Wimboh.

Indikator pertumbuhan kredit, kata Wimboh, tidak hanya berasal dari suku bunga acuan. Bahkan, kata Wimboh, kalau memang kesempatan bisnisnya besar, suku bunga bukan halangan dan belum tentu juga suku bunga direspons dengan cepat untuk penaikan suku bunga kredit.

"Kalau suku bunga policy rate-nya naik 25 basis poin (bps), belum tentu bunga kredit juga naiknya 25 bps kalau mau naik. Ini juga belum tentu naik sebab kini perbankan sudah lebih efisien. Jadi, ruang efisiensi bisa kurangi tekanan dampak ke suku bunga," ujar Wimboh.

Sampai akhir tahun, OJK masih memperkirakan pertumbuhan kredit ada di kisaran 10%-12%. "Juni ini (YoY) kami perkirakan kredit tumbuh sekitar 8% lebih, hampir 9%," ujar Wimboh.

Masih menarik

Langkah penaikan suku bunga kebijakan BI juga perlu dilakukan guna membuat investasi di Indonesia tetap menarik. Terutama bagi investor asing yang berinvestasi di sektor keuangan.

"Ini untuk membuat aset pasar keuangan Indonesia semakin menarik bagi investor khususnya di saham," tukas Perry.

Kemarin nilai tukar rupiah ditutup menguat tipis ke level 14.086 per dolar AS. Sementara itu, indeks harga saham gabungan (IHSG) melemah, tetapi pelemahannya sangat tipis, yakni 0,52 poin ke level 5.821,81. (Ant/E-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Vicky
Berita Lainnya