Headline
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.
SETELAH nilai tukar rupiah dan saham mengalami gejolak sehingga memicu larinya dana asing, kini kepercayaan baik pasar maupun investor asing berangsur-angsur pulih terhadap perekonomian Indonesia.
Hal itu dikemukakan Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo kepada awak media di Gedung BI Jakarta, kemarin.
"Kepercayaan investor asing terus tumbuh dan menguat terhadap perekonomian Indonesia di tengah kondisi yang terjadi di Italia dan Turki. Hal ini terbukti dari aliran modal asing yang masuk dalam bentuk obligasi pemerintah, saham, dan obligasi korporasi," kata Perry.
Perry mengakui sejak 24 Mei hingga 6 Juni, jumlah aliran modal asing yang masuk mencapai Rp13 triliun. Sementara itu, dalam waktu tiga hari pada 28, 29, 30 Mei, total modal asing yang masuk hampir Rp4 triliun baik dalam SBN, saham, dan obligasi korporasi di tengah risiko di pasar keuangan global yang cukup tinggi.
"Kami pastikan BI terus melakukan langkah menjaga nilai tukar rupiah stabil," ujar Perry.
Dalam rilisnya, Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, Agusman, menyampaikan posisi cadangan devisa Indonesia akhir Mei 2018 tercatat US$122,9 miliar. Posisi akhir April mencapai US$124,9 miliar.
Di sisi lain, Direktur Penilaian Perusahaan PT Bursa Efek Indonesia Samsul Hidayat menambahkan, total dana dari penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO) 17 perusahaan hingga semester pertama ini sebesar Rp6,6 triliun. Itu belum termasuk tiga perusahaan terakhir melakukan IPO.
Kemarin, PT Sriwahana Adityakarta Tbk (SWAT) tercatat meraup dana hasil IPO sebesar Rp106,27 miliar, PT MNC Studios International Tbk (MSIN) Rp780 miliar, dan PT Steadfast Marine Tbk (KPAL) sebesar Rp40,2 miliar. Total jumlahnya mencapai Rp934,47 miliar.
Pengamat ekonomi Indef Bhima Yudhistira Adhinegara menilai apabila dibandingkan dengan negara lain, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih tergolong lambat, yakni berada di kisaran 5%. Sementara itu, Vietnam dan Filipina sudah di atas 6%.
"Jadi, aliran modal keluar tidak hanya lari ke AS karena The Fed menaikkan suku bunga acuan, tetapi juga ke negara-negara ASEAN lain," ungkap Bhima.
Bhima menyoroti defisit neraca transaksi berjalan yang masih menjadi salah satu kelemahan Indonesia. "Sehingga investor berpikir ulang apabila hendak masuk ke Indonesia. Mereka melihat kinerja dan fundamen perekonomian kita yang belum bagus. Ekspor menjadi salah satu indikator."
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved