Headline
Tingkat kemiskinan versi Bank Dunia semakin menjauh dari penghitungan pemerintah.
Tingkat kemiskinan versi Bank Dunia semakin menjauh dari penghitungan pemerintah.
Perluasan areal preservasi diikuti dengan keharusan bagi setiap pemegang hak untuk melepaskan hak atas tanah mereka.
ASOSIASI Eksportir Kopi Indonesia (AEKI) memprediksi kinerja ekspor biji kopi pada tahun ini akan lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya.
Ketua Kompartemen Industri dan Spesialti Kopi AEKI Moelyono Soesilo mengungkapkan ekspor biji kopi di 2018 bisa mencapai 360 ribu ton. Hal tersebut tidak terlepas dari mulai membaiknya kinerja produksi tanaman kopi dibandingkan tahun lalu.
“Tahun lalu ekspor kita hanya 320 ribu ton dengan total produksi sekitar 500 ribu ton. Tahun ini produksi dalam negeri bisa mencapai 690 ribu ton,” ujar Moelyono di Jakarta, Kamis (26/4).
Cuaca yang kian baik akan menjadi kunci pertumbuhan volume produksi. Pada waktu panen, jelasnya, harus ada cuaca yang panas tanpa disertai hujan setidaknya selama dua hingga tiga minggu.
Setelah bunga terbentuk pun tanaman kopi tidak boleh mendapatkan banyak asupan air hujan. Dengan puncak panen yang diprediksi jatuh pada Mei, ia mengatakan pada bulan itu Indonesia sudah akan mengalami musim kemarau dan sangat baik untuk masa produksi.
Walaupun melakukan ekspor, bukan berarti Indonesia tidak mengimpor biji kopi dari negara lain. Moelyono menyebutkan pasar domestik masih memerlukan impor untuk memenuhi kebutuhan awal tahun dimana produksi belum terjadi.
Hingga Maret, ungkapnya, telah masuk sekitar 30 ribu ton biji kopi hijau asal Vietnam dari total importasi secara keseluruhan sepanjang tahun ini yang ditargetkan sebesar 50 ribu ton.
Jumlah itu lebih tinggi dibandingkan 2017 yang hanya sekitar 20 ribu ton. Jumlah yang lebih kecil itu karena pada awal 2017 masih tersisa persediaan dari produksi yang dihasilkan pada 2016. (OL-5)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved