Headline
Pemerintah belum memastikan reshuffle Noel.
OTORITAS Jasa Keuangan (OJK) meminta pelaku industri memperbanyak produk jasa keuangan yang relevan untuk membiayai pembangunan infrastruktur pemerintah dan swasta.
“Pembangunan infrastruktur ini penting agar aktivitas ekonomi bergerak cepat, terutama di luar Pulau Jawa,” kata Wakil Ketua Dewan Komisioner OJK Nurhaida dalam kuliah umum di kampus Institut Pertanian Bogor (IPB), Dramaga, Bogor, Jawa Barat, kemarin (Senin, 20/11).
Kebutuhan pembiayaan infrastruktur dari pihak swasta, ujar Nurhaida, selama 2015-2019 sebesar Rp2.414 triliun yang ditargetkan berasal dari pasar modal, perbankan, dan perusahaan pembiayaan.
OJK, lanjut dia, mendorong diversifikasi pembiayaan infrastruktur seperti dari pasar modal yang sudah disiapkan membiayai pasar modal seperti kontrak investasi kolektif efek beragun aset (KIK EBA) dan reksadana pembiayaan penyertaan terbatas (RDPT).
“Dalam beberapa bulan terakhir, sejumlah perusahaan sudah mengeluarkan KIK EBA seperti PT Jasa Marga Persero Tbk dan PT PLN Persero, serta PT Sarana Multigriya Finansial (SMF),” tuturnya.
Pada kesempatan itu, Rektor IPB Herry Suhardiyanto mengharapkan OJK bisa memperbesar aliran ekonomi pada kalangan masyarakat kecil, seperti petani, nelayan, peternak, dan pengusaha kecil mikro yang diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Sebelumnya, Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK Hoesen menyampaikan OJK tengah mengusulkan kepada Dirjen Pajak untuk merelaksasi pajak beberapa instrumen investasi di pasar modal dalam rangka mendukung pembangunan infrastruktur sehingga diminati investor.
“Produk pasar modal yang diusulkan relaksasi perpajakannya yakni obligasi korporasi, RDPT, dana investasi real estate, EBA, dan dana investasi infrastruktur,” tutur Hoesen. (DD/Ant/E-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved