PT PLN (persero) menyesuaikan tarif listrik bagi pelanggan rumah tangga berdaya 1.300 VA dan 2.200 VA pada Januari 2016. Tarif listrik dua golongan tersebut turun 6,6% setelah pada Desember 2015 naik 11,6%. Kepala Divisi Niaga PLN Benny Marbun, di Jakarta, Kamis (31/12), mengatakan penurunan tarif pada Januari 2016 tersebut terutama disebabkan efisiensi operasi. "Kontribusi terbesar penurunan tarif listrik pada Januari 2016 jika dibandingkan dengan Desember 2015 ialah karena PLN melakukan efisiensi operasi," kata dia.
Penyebab lainnya ialah penurunan nilai kurs dan harga minyak mentah Indonesia (ICP) periode November 2015 jika dibandingkan dengan Oktober 2015. Kedua golongan pelanggan rumah tangga 1.300 VA dan 2.200 VA mulai dikenai tarif penyesuaian (tariff adjustment) pada Desember 2015. Penerapan tersebut membuat kedua golongan pelanggan itu tidak lagi menerima tarif subsidi karena sudah mengikuti mekanisme pasar. Ketua Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia Tulus Abadi menilai penurunan tersebut tak akan berdampak signifikan. Hal itu belum akan berdampak besar bagi masyarakat.
"Sekalipun turun, pemakaian konsumen bisa lebih tinggi daripada biasanya, jadi jumlah tagihan yang naik," ujar Tulus saat dihubungi Jumat (1/1). Senada dengan Tulus, pengamat ekonomi dan energi LIPI Maxensius Tri Sambodo menilai skema tariff adjustment tersebut sama sekali tak mendorong konsumen untuk menghemat listrik karena penurunan itu tak dibarengi pengendalian konsumsi listrik. Pada akhirnya, penurunan tersebut mengakibatkan peningkatan konsumsi listrik.
Menurut Max, seharusnya skema tarif progresif diterapkan sesuai penggunaan dalam menentukan tarif listrik. Tujuannya dapat mengarahkan kosumen dapat lebih berhemat karena insentif tarif berdasarkan penggunaan. Dengan begitu, semakin besar penggunaan, tarif listrik yang mesti dibayarkan juga tinggi. Begitu juga sebaliknya, semakin sedikit penggunaan, tarif yang dikenakan per kWh jauh lebih rendah. "Harusnya ditetapkan tarif progresif sehingga bisa mendorong konsumen lebih efisien," ujar dia.