KITA sering mendengar istilah taufik dan hidayah. Sebenarnya, apa yang dimaksud dengan taufik itu?
Dari segi bahasa, taufik itu berarti persesuaian antara dua pihak atau bisa jadi persesuaian diri Anda dengan kehendak Anda.
Taufik merupakan persesuaian kehendak manusia dengan kehendak Allah atau persesuaian kehendak Allah dengan kehendak manusia.
Allah mempunyai dua macam kehendak. Pertama, dinamai masyi’ah, dari situ berakhir kata insya Allah. Masyi’ah itu ada kehendak-Nya yang tidak berubah, yang pasti terjadi.
Misalnya kematian, itu pasti, betapa pun Anda ingin berusia melebihi yang ditentukan Tuhan walau itu sedetik.
Ada lagi kehendak-Nya yang dikaitkan dengan manusia, aktivitas manusia. Di situ Allah bisa menyesuaikan kehendak-Nya dengan kehendak Anda. Ketika itu, terjadilah taufik. Terjadilah persesuaian antara apa yang Anda kehendaki dan apa yang dikehendaki Tuhan. Ini dinamai iradat.
Kita biasa menghendaki sesuatu, tetapi belum juga mewujud. Bagaimana seharusnya sikap kita? Kita berkata, “Kita belum mendapatkan taufik dari Allah.”
Allah belum setuju. Namun, kenapa Allah tidak mengabulkan permintaan kita? Kenapa Allah tidak setuju?
Pertama, ketahuilah boleh jadi apa yang Anda kehendaki itu akibatnya buruk bagi Anda sehingga Allah tidak menghendakinya untuk Anda. Itu karena Allah menghendaki kebaikan kepada Anda.
Boleh jadi juga apa yang kita anggap buruk itu sebenarnya baik buat kita. Hanya, karena keterbatasan pandangan mata kita, kita namakan itu buruk. Karena itu, kalau kehendak Anda tidak bersesuaian dengan kehendak Tuhan, kehendakilah kehendak Tuhan itu.
Kalau Anda menginginkan sesuatu, tetapi belum terkabulkan atau belum dikabulkan Allah, obati hati Anda dengan berkata, “Saya terima kehendak Allah ini dengan legawa.” Ketika itu, hidup Anda akan bahagia. Semoga kita semua mendapatkan taufik dari Allah SWT. (Dis/H-2)