Headline
Kecelakaan berulang jadi refleksi tata kelola keselamatan pelayaran yang buruk.
Kecelakaan berulang jadi refleksi tata kelola keselamatan pelayaran yang buruk.
PEMERINTAH Kabupaten (Pemkab) Banyuwangi meluncurkan program inovatif anyar bernama Kanggo Riko, yang dalam bahasa setempat artinya untuk Anda. Program ini fokus memberdayakan ribuan warga miskin di perdesaan agar mandiri secara ekonomi.
“Jadi, program ini membantu ribuan masyarakat kurang mampu meningkatkan usaha ekonominya. Tahun depan, kita lipat gandakan jumlah penerimanya,” ujar Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas, saat meluncurkan program itu di Desa Jajag, pada Rabu (15/8).
Anas memberikan sambutan lewat Facetime karena sedang menunaikan ibadah haji.
Dalam program tersebut, Banyuwangi menggelontorkan dana penguatan ekonomi untuk 1.160 rumah tangga miskin (RTM) yang sedang merintis usaha atau berniat meningkatkan usahanya. Melalui program tersebut, per RTM mendapat Rp2,5 juta, disesuaikan dengan kebutuhan usaha mereka.
“Misalnya, ada yang jual pentol (bakso mini), kita tingkatkan dengan diberi gerobak dan kompor baru. Ada yang buka tambal ban, tapi masih pakai pompa manual, diberi kompresor. Ada ibu-ibu pintar menjahit, tapi tidak punya mesin, kita beri mesinnya, dan sebagainya,” imbuh Wakil Bupati Yusuf Widyatmoko.
Tahap awal, program ini dilaksanakan di 29 desa. Anggarannya diambil dari Alokasi Dana Desa (ADD) APBD Banyuwangi. ADD ialah penyokong Dana Desa (DD) dari APBN.
Pada 2018, anggaran untuk 189 desa di Banyuwangi Rp316,34 miliar, terdiri atas ADD (APBD Banyuwangi) Rp148,63 miliar dan Dana Desa (APBN Indonesia) Rp167,7 miliar.
“Semakin besar Dana Desa, anggaran ADD juga kian besar. Momentum perhatian luar biasa dari Presiden Jokowi (Joko Widodo) untuk masyarakat desa ini perlu benar-benar dimanfaatkan untuk meningkatkan ekonomi warga. Dana Desa sebagian menggarap infrastruktur, nah, ADD mendukungnya dengan memperkuat usaha warga, termasuk lewat program Kanggo Riko ini,” papar Anas.
Salah seorang penerima program, Karlina, 48, ialah penjual pentol (bakso mini) yang mendapat kompor dan gerobak. “Tadinya saya pakai kompor tungku, sekarang diberi kompor gas,” kata Karlina semringah.
Ada pula Sri Kasiyati, penjual es yang mendapatkan bantuan blender dan cup sealer (alat penutup gelas). “Kemasan gelas saya lebih menarik, anak-anak yang beli jadi senang. Bisa tambah laris,” ujarnya.
Anas mengatakan, program ini ialah bagian dari inovasi berkelanjutan pengembangan desa dan masyarakatnya yang dilakukan Banyuwangi, setelah menggarap program Smart Kampung, e-village budgeting, uang saku tiap hari bagi pelajar kurang mampu, dan Rantang Kasih, yang membagikan makanan bergizi tiap hari ke warga miskin lanjut usia.
Yang membedakan program Kanggo Riko dengan program inovatif lainnya yang telah digeber ialah pada fokus program. “Misalnya, Rantang Kasih adalah program karitatif, memberi makanan tiap hari ke masyarakat termiskin yang tidak bisa lagi dibuat produktif karena faktor usia.
Program Kanggo Riko ini fokusnya adalah memberdayakan. Sasarannya warga miskin, tapi usia produktif, masih berpeluang diangkat ekonominya,” tutup Anas. (*/S-25)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved