Saatnya Kaum Muda Asia dan Afrika Bermitra

Dinny Mutiah, Denny Parsulian Sinaga
22/4/2015 00:00
Saatnya Kaum Muda Asia dan Afrika Bermitra
(Menpora Imam Nahrawi membuka New Asia Afrika Youth Conference Plus 2015--Dok.Kemenpora)
KEMAJUAN suatu bangsa bergantung pada kualitas para pemudanya. Merekalah yang akan menjadi generasi penerus bangsa. Pernyataan itu berlaku bagi semua negara, termasuk yang berada di kawasan Asia dan Afrika.

Apalagi, lebih dari setengah populasi di kedua kawasan itu ialah pemuda. Potensi yang dimiliki itu bisa dioptimalkan jika dikelola dengan baik. Sayangnya, ketimpang an terhadap akses peningkatan kualitas, khususnya pendidikan dan kesehatan, telah menghambat pemanfaatan potensi yang ada. Masalah tersebut bisa ditanggulangi jika tiap-tiap negara di kedua kawasan itu bekerja sama, termasuk juga kaum muda mereka.

Pemahaman itu juga yang mendasari kegiatan New Asia Afrika Youth Conference Plus 2015 atau Konferensi Pemuda Asia Afrika Plus 2015 di Bandung, Jawa Barat, pada 20-22 April 2015. Penggunaan kata plus disebabkan partisipan yang hadir dalam acara itu tidak hanya berasal dari kawasan Asia dan Afrika, tetapi juga berasal dari Eropa, Amerika Serikat, dan Australia.

Ketua Panita New Asia Afrika Youth Conference Plus 2015, Sarief Saepullah, menjelaskan 43 negara dipastikan akan berpartisipasi dalam acara tersebut. Konferensi akan dihelat di beberapa titik, yakni Kampus UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Hotel Savoy Homann, dan Gedung Merdeka. ''Selain perwakilan pemuda, akan hadir juga ratusan perwakilan organisasi kepemudaan dan badan eksekutif mahasiswa se-Indonesia,'' kata Sarief yang juga Ketua Dewan Mahasiswa UIN Sunan Gunung Djati Bandung, dalam keterangan resminya.

Gagasan besar
Saat membuka konferensi di Kampus UIN Sunan Gunung Djati Bandung, kemarin, Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora), Imam Nahrawi, menyerukan agar pertemuan itu mampu merumuskan gagasan-gagasan besar. Jika itu terwujud, bukan tidak mungkin konferensi pemuda tersebut akan melahirkan para tokoh dan pemimpin baru dalam beberapa tahun ke depan.

New Asia Afrika Youth Conference Plus 2015, kata Menpora, juga harus memberikan rekomendasi konkret tentang persoalan-persoalan nasional, regional, dan internasional. ''Pemuda Asia dan Afrika mampu memberikan kontribusi dan sudah saatnya menjadi pionir dalam tatanan dunia internasional,'' ujarnya.

Secara khusus, Menpora juga menyoroti bahaya krisis moral dan penyalahgunaan narkoba yang menghinggapi pemuda di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia.''Karena narkoba semakin merajalela, Presiden Jokowi pun dengan tegas tidak akan memberi ampun dalam pemberian hukuman mati bagi penjahat narkoba. Negara-negara lain harus memahami kondisi itu,'' tutur Menpora.

Pandangan senada dikemukakan oleh President Organizing Islamic Comite Youth Indonesia, Taufiq Lubis. Ia berharap, para pemuda se-Asia dan Afrika dapat mendeklarasikan sebuah wadah yang mempersatukan mereka. ''Konferensi itu tidak boleh sekadar seremonial. Kita perlu mewujudkan organisasi yang establish untuk menindaklanjuti gagasan-gagasan dan rekomendasi yang ada,'' jelasnya.

Deputi Bidang Pemberdayaan Pemuda Kemenpora, Yuni Poerwanti, menjelaskan konferensi akbar pemuda se-Asia dan Afrika itu akan membahas berbagai isu. ''Seperti kepemimpinan pemuda dalam tantangan global, meningkatkan kemampuan entrepreneurship, dan mencari solusi atas pelbagai masalah yang dihadapidunia,'' jelas Yuni.

Dikutip dari laman theguardian.com, Penasihat Ekonomi United Nation Population Fund (UNFPA), Michael Herrmann, menyatakan problem terbesar yang dihadapi pemuda saat ini ialah ketiadaan akses pendidikan sehingga mereka tidak memiliki keahlian.

Kalaupun mereka teredukasi, ketersediaan lapangan pekerjaan yang tidak memadai membuat tingkat pengangguran di kalangan muda meningkat signifikan. Hal itu banyak terjadi di negara-negara kawasan Asia dan Afrika.(Din/Yan/S-25)



Gambaran Penduduk Muda Dunia

Hasil survei Euromonitor International 2012, populasi dunia melewati angka 7 miliar dengan 50,5%-nya ialah penduduk berusia di bawah 30 tahun. 89,7% dari total kelompok usia di bawah 30 tahun itu tinggal di negara-negara berkembang, khususnya di Timur Tengah dan Afrika.

Hasil riset Unicef menyebutkan sekurangnya 100 juta anak tinggal di jalanan secara global. 18 juta diantaranya terdapat di India yang juga merupakan negara dengan jumlah anak jalanan tertinggi di dunia.

Laporan PBB tentang Kelompok Muda 2011 menyatakan kawasan asia memiliki jumlah kelompok muda terbesar di dunia dengan total 754 juta orang. Jumlah tersebut meningkat tiga kali lipat dari tahun 1950.

Hasil survei Euromonitor International 2012 menunjukkan India dan Tiongkok memiliki populasi termuda. India diperkirakan akan menjadi negara dengan populasi terbesar di dunia melampaui Tiongkok pada 2025 mendatang.

Negara-negara di wilayah sub-Sahara Afrika memiliki proporsi kaum muda paling besar dengan angka lebih dari 70% dari seluruh populasi kawasan berada di bawah 30 tahun.

Penelitian Unicef 2012 menunjukkan akses remaja perempuan terhadap teknologi dibatasi oleh masyarakat, komunitas dan keluarga tempat mereka tinggal. Dalam masyarakat patriarki, lelaki yang mengontrol teknologi, baik teknologi baru seperti komputer dan ponsel, maupun teknologi tua seperti radio dan televisi. Sebagai contoh, hanya 6,6% perempuan Ghana yang menggunakan fasilitas warung internet dibandingkan 16,5% kaum lelaki muda.

Penelitian tren ketenagakerjaan global untuk pemuda pada 2012 menyatakan kelompok tidak teredukasi, tidak bekerja dan tidak mengikuti pelatihan (NEET) mencapai 10% dari populasi kaum muda, termasuk kaum muda yang memiliki tingkat pendidikan rendah di negara-negara maju. Penelitian yang sama menunjukkan hampir 75 juta pemuda dari seluruh dunia tidak bekerja. Tingkat pengangguran di kalangan muda ini diproyeksi akan terus berada pada level tinggi hingga 2016.

Tingkat pengangguran kaum muda lebih tinggi secara signifikan dibandingkan tingkat pengangguran dewasa di semua kawasan. Pada 2010, tingkat pengangguran kaum muda global tetap berada di angka 12,6% dan secara dramatis membayangi tingkat pengangguran dewasa global yang hanya 4,8%.

Terdapat korelasi positif antara keluaran yang dihasilkan pekerja muda yang miskin dengan ketidakadilan. Meningkatnya tingkat pengangguran muda dalam beberapa tahun belakangan telah meningkatkan ketidakadilan -diukur berdasarkan koefisien Gini- hingga 4% di semua negara maju dan mencapai 8% di Yunani, Irlandia, Itali, Portugal dan Spanyol.

SUMBER: WWW.UNESCO.ORG



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Admin
Berita Lainnya