Headline

Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.

Fokus

Sejak era Edo (1603-1868), beras bagi Jepang sudah menjadi simbol kemakmuran.

Jojo Mayer dan Hasrat untuk Berdansa

(Fik/M-6)
29/11/2015 00:00
Jojo Mayer dan Hasrat untuk Berdansa
(MI/ARYA MANGGALA)
DI atas panggung kecil, tiga musikus menyajikan musik yang amat unik. Keunikan itu berasal dari suara-suara instrumen yang dikeluarkan dari synthesizer, mulai bas, piano, hingga drum. Penggunaan efek suara elektronik itu membuat pengunjung serasa ingin melantai menikmati tiap ritmis yang dimainkan. Salah satu di antara musikus di panggung kecil itu ialah Jojo Mayer. Ia menggelar sebuah pertunjukan di Motion Blue, Fairmont Hotel Jakarta, bersama John Davis (bas) & Jacob  Bergson (keyboard), Jumat (27/11) malam. Jojo memang dikenal sebagai drumer nyentrik dengan gaya rambut keritingnya yang terkesan urakan. Ia yang awalnya berkutat di dunia jazz sekarang merambah ke genre drum 'n bass, jungle, dan electro pop. Gayanya yang apik saat memainkan solo maupun dalam lagu membuat orang terkagum-kagum, terlebih lagi karena teknik syncopation yang dimainkannya memberikan ciri khas tersendiri di setiap permainan.

Jojo mulai merambah genre elektronik bersama Nerve. “Nerve grup eksperimental di New York, seperti band party dengan visual artis,” ujarnya mengawali perbincangan dengan Media Indonesia sebelum pertunjukan. Bagi Jojo, musik elektronik menjadi inovasi bagi genre jazz. Suaranya memang bertolak belakang dengan jazz, tapi karakternya yang kuat justru memberikan warna baru. "Saya tumbuh di lingkungan rock and roll dan jazz. Saya bermain jazz sejak lama. Saya pikir jazz itu improvisasi, salah satu apa yang saya lakukan dengan elektronik," tambahnya. Lantas apa yang membuat dirinya terpacu berinovasi dalam bermusik? Jawabnya mencari karya yang otentik, baru, dan segar. Jika mendengarkan permainannya, Jojo sudah memiliki ciri khas.

Ketukan dan gaya bermainnya mencerminkan kepribadiannya yang ingin bebas dalam bermusik. Kata Jojo, drum ialah instrumen yang mampu membuat orang berdansa. Tidak seperti kebanyakan musikus yang memikirkan permainannya, Jojo merasa harus bermain dengan lepas. "Jika kita lihat musisi dari Eropa, mereka bermain dengan otaknya, semua dirumuskan dan dipikirkan di kepala. Sementara saya ingin bermain lepas dengan drum saya,:" lanjutnya. Untuk itu, bersama John Davis, sejak 2003, Jojo mengonsep kan permainan musik ini (drum dan synth bass guitar) ber sama. Bahkan, Jojo mengata kan John ialah satu-satunya pemain bas di dunia ini yang unik. Menurutnya, John seperti sarung tangan yang melekat nyaman di tangan nya, saling melengkapi.

Kolaborasi ini lantas menjadi sarana eksperimen Jojo untuk menghasilkan karyakarya yang di luar kebiasaan, terutama dari genre-genre yang sudah umum dan terkotak-kotak. "Role model saya orang-orang yang tidak populer tapi memberikan sesuatu untuk masa depan, misalnya, Jimi Hendrix dengan apa yang dilakukannya bagi musik blues," katanya. Soal banyak frekuensi rendah yang digunakan, Jojo mengatakan itu merupakan ramuan yang selalu dimainkan. Baginya, frekuensi musik rendah mampu menyapu seluruh badan sehingga ada hasrat untuk berdansa.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Admin
Berita Lainnya