ISU tentang pangan, kehidupan, lahan pertanian, dan petani dikupas dalam Youth Ag(riculture) di Canberra, 24-28 Agustus 2015 lalu. Acara yang diadakan Bayer CropScience dan Future Farmers Network Australia tersebut melibatkan para pemuda dari berbagai negara untuk awas pada persoalan pangan. Indonesia diwakili Amanda Widya Kharisma (Universitas Atma Jaya Yogyakarta), Amrina Alhumaira (Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah), Azwar Annas (Institute Pertanian Bogor), Dendy Primanandei ( Institute Teknologi Bandung), Febri Aditya Pratama Arista Gabe (Institute Pertanian Bogor), dan Muhammad Iqbal Mirzal (Universitas Indonesia). Tema yang diusung, Feeding a hungry planet, kata Iqbal, dapat memberikan makan pada planet yang lapar sehingga sengaja dipilih agar pemuda terpacu mencari solusi atas persoalan pangan dunia. "Selain isu global, kami pun mendapat pencerahan tentang gerakan-gerakan kecil berdampak besar yang dapat dilakukan sehari-hari," kata Iqbal.
Enam delegasi Indonesia Enam pemuda Indonesia bergabung dengan anak-anak muda dari Argentina, Australia, Amerika Serikat, Belgia, Bolivia, Brazil, Kanada, Cile, Tiongkok, Estonia, Prancis, Jerman, Hongaria, Inggris, Belanda, New Zealand, Paraguay, Polandia, Singapura, Filipina, India, Italia, Jepang, Kenya, Malaysia, Afrika Selatan, Korea Selatan, Spanyol, Thailand, dan Turki. Salah satu resolusi keseharian itu, kata Iqbal, bertanggung jawab terhadap apa yang dimakan dan mengurangi makanan tersisa. "Itu jadi bentuk terima kasih kita untuk para petani yang sudah bersusah payah. Tidak hanya petani, peternak dan nelayan pun ikut serta membantu kita menikmati hasil bumi," ujar Iqbal. Agar mendapat gambaran lengkap, lanjut Amrina, mereka dikelompokkan menjadi kelompok Development Satu dan Development Dua yang melambangkan negara maju dan berkembang.
Petani dari dua dunia "Keseruan terjadi saat diskusi, yaitu terdapat dua pendapat berbeda mengenai persoalan pertanian negara berkembang dan maju. Meski sempat adu pendapat, kami akhirnya saling mengerti dan memahami perbedaan kondisi pertanian," ujar Amrina. Esai yang mereka buat untuk lolos seleksi mengikuti kegiatan ini pun diuji. "Kami menuliskan pengalaman, pengetahuan tentang dunia pertanian. Setelah lolos juga dari tes presentasi, kami dipilih menjadi delegasi. Esai dari Indonesia mencapai 600 dari total 2.000 esai yang di submit dari seluruh dunia," ujar Febri. Argumentasi Febri tentang minimnya karier yang jelas terhadap profesi petani pun dibahas dalam konferensi ini.
Ia mengajukan perlunya rebranding atau kampanye positif terhadap bisnis pertanian. "Padahal, larinya pemuda dari sektor pertanian telah menyebabkan produktivitas di sektor pertanian menurun. Kondisi itu diperparah dengan minimnya infrastruktur, konversi lahan pertanian, urbanisasi, serta citra buruk masa depan dunia pertanian," ujar Febri.
Pangan buat penghuni bumi "Kami datang ke Canberra saat musim dingin, suhunya 5 derajat celsius. Namun, semangat kami tidak kendur karena isunya seru. Salah satu yang kami bahas, ledakan populasi pada 2050 ketika dunia dihuni 9,6 miliar jiwa. Negara-negara harus siap menyediakan pasokan pangan untuk seluruh penduduk dunia," kata Amrina. Diskusi dengan berbagai delegasi meyakinkan Amrina bahwa petani pun bisa jadi pilihan karier menjanjikan. "Jadi, petani tak selamanya identik dengan citra profesi yang kuno, tua, dan miskin. Jika punya strategi memerhatikan kondisi tanah, pemilihan bibit, penanaman bibit, pengairan hingga alur perdagangannya, bertani juga bisa mendatangkan penghasilan yang baik," ujar Amrina.
Sementara itu, Amanda punya langkah lain yang dibawanya ke Tanah Air. "Meskipun belum masif, aku lebih konsen terhadap gerakan komunitas kecil. Misalnya aku akan mendirikan komunitas petani cilik di Sleman, Yogyakarta. Komunitas ini mengajarkan rasa cinta anak terhadap dunia pertanian. Karena anak sebagai regenerasi dunia pertanian kelak," kata Amanda. Sementara itu, proyek bersama enam pemuda ini ialah memberdayakan masyarakat melalui bisnis sapi perah. "Sapi-sapi itu sebetulnya sudah siap dikirim dari Australia. Proposal business plan kami sudah dirancang dan siap dipresentasikan. Sayangnya, belum ada investor yang melirik. Padahal, jika peluang ini gol, dapat berkontribusi mengurangi impor susu Indonesia yang kini masih 80% dari total kebutuhan," kata Amrina. Satu rencana tertunda, tapi strategi buat memuliakan petani akan terus mereka siapkan dan implementasi. Jangan lupakan pula, langkah sederhana buat menghormati hasil bumi dan para pengolahnya, yakni jangan sisakan makanan di piring!