Headline
Dalam suratnya, Presiden AS Donald Trump menyatakan masih membuka ruang negosiasi.
Dalam suratnya, Presiden AS Donald Trump menyatakan masih membuka ruang negosiasi.
Tidak semua efek samping yang timbul dari sebuah tindakan medis langsung berhubungan dengan malapraktik.
MENYUSURI lanskap sekitar Gunung Batur, Kintamani, Bali, membuat mata dan pikiran kembali segar. Setelah selesai menjelajah, kolam air panas sudah menanti untuk sejenak mengistirahatkan badan. Penjelajahan kemudian bisa diakhiri dengan menikmati sajian khas Nusantara sembari duduk menatap keindahan danau dan Gunung Batur. Tentu, asupan udara sejuk dan bersih ikut melengkapi momen berlibur di wilayah Gunung Batur.
Penjelajahan yang dilakukan Media Indonesia di kawasan tersebut tidak hanya untuk sekadar melihat pesona alamnya, tetapi juga sekaligus mengulik kesuksesan pemilik Toya Devasya, pemandian air panas alami yang lengkap dengan penginapan, I Ketut Mardjana. Toya Devasya merupakan geopark resort, vila, dan pemandian air panas alami yang berada di Kintamani, Bali.
Kesuksesan pada karier justru membawa Ketut kembali ke kampung halaman. Ia teringat pada kolam air panas yang kerap dipakai mandi bersama teman-temannya semasa SMA. Ketut ingin mengembangkan potensi kampung halamannya sekaligus menggerakkan roda perekonomian.
"Kehidupan kecil saya sebagai anak petani. Kalau ibu mau masak, harus cari air ke jurang atau cari kayu, jadi sangat paham kehidupan sosial yang ada. Saya waktu itu mempunyai cita-cita tentang bagaimana membangun desa ini,” kata Ketut kepada Media Indonesia pada Jumat (19/7).
Kolam pemandian air panas tersebut sebelumnya memang sudah dimiliki dan dikelola keluarga Ketut sejak 1995. Namun, ketika krisis melanda pada 1997, bisnis keluarga tersebut terkena imbas. Kolam tersebut tidak lagi dipakai masyarakat, pun tak menjadi barang bisnis. Posisi Ketut saat itu sudah bekerja di perusahaan lain dengan gaji yang relatif besar. Ia pun mulai menyisihkan uang dengan harapan bisa dipakai untuk mengurus bisnis kolam pemandian air panas keluarganya.
"Lalu saya dipanggil Pak Menteri dan diangkat sebagai Dirut PT Pos Indonesia (persero). Pensiun di 2013 dari perusahaan tersebut, lantas mulai mengembangkan Toya Devasya dengan modal sekitar Rp500 juta," ucapnya.
Ketut memulai pengembangan dengan merekrut warga sekitar wilayah kolam pemandian air panas untuk menjadi karyawan. Rekrutmen itu tentu bukan tanpa alasan. Lebih dari 90% masyarakat sekitar merupakan kalangan middle low. Setelah memiliki karyawan, Ketut mendapat bantuan dari teman-teman untuk melatih pekerjanya dari segi penataan, kebersihan, hingga memasak.
Semasa pembangunan, proses pengerjaannya pun dilakukan secara bersama-sama dengan karyawan. Bahkan, dengan latar belakang petani, mereka kerap membawa hasil tani mereka untuk bahan masak di tempat usaha Ketut. Perjalanan tak selalu mulus. Proses pembenahan berbarengan dengan pandemi covid-19, tetapi Ketut melihatnya melalui sudut pandang positif.
"(Saat itu) saya berbenah. Jadi, kolam-kolam saya rombak, perbaiki jika ada yang kurang bagus. Itu momentum karena kalau ramai, kan, kita tidak bisa rombak lantaran mengganggu. Itu pola pikirnya,” ungkap pria lulusan Monash University itu.
Konsep spiritual
Ketut selalu menyertakan konsep spiritual dalam pengembangan dan manajeman kolam pemandian air panas alami yang bernama Toya Devasya. Hal itu salah satunya tampak dari desain bangunan yang didominasi warna ungu hingga banyaknya patung gajah. Warna ungu merupakan warna tertinggi, warna suci, dan warna spiritual.
Selain itu, patung gajah sarat makna, di antaranya dari kepala gajah yang besar melambangkan sebagai manusia harus lebih banyak menggunakan akal daripada fisik dalam memecahkan masalah. Kemudian, telinga besar mengajarkan agar mendengarkan saat orang berbicara dengan saksama. Lalu, belalai yang menjulur melambangkan adaptasi dan efisiensi yang tinggi.
Tak hanya konsep spirit, Ketut menerapkan 'cinta kasih' dalam budaya manajemennya. Ia lantas mendetailkan makna dari kata CINTA yang ternyata merupakan bentuk akronim dari customer focus, integrity, networking, teamwork, accountable. Sementara itu, KASIH merupakan kependekan dari knowledge, adaptive, spiritual, innovative, harmony.
Prestasi dan strategi
Di usia yang tidak muda lagi, Ketut masih terjun langsung mengelola Toya Devasya dengan dibantu sang putri, Putu Astiti Saraswati, atau akrab disapa Ayu. Ketut memberikan kepercayaan kepada putrinya untuk turut serta mengelola Toya Devasya. Namun, ia tetap memberikan bimbingan dan kontrol sehingga bisa membangun usahanya menjadi lebih baik lagi.
Kegigihan dan kerja keras Ketut diganjar beberapa kali penghargaan prestisius, di antaranya selama dua tahun berturut-turut pada 2016 dan 2017 didapuk sebagai best hospitality in services untuk kategori favorite villa & resort dari Pusat Rekor Indonesia.
Ketut memastikan kolam air panas Toya Devasya menyajikan air panas yang jernih, tidak berbau, bersih, dan terus mengalir dari bawah tanah menuju kolam-kolam air yang ada. ”(Air panas yang mengalir di bawah tanah) kita sedot, serap pakai mesin ke atas. Enggak ada pengolahan, enggak ada treatment apa-apa, langsung ke kolam air. (Kalau kolamnya dibersihkan) mesinnya dimatikan, aliran air panas yang ada di bawah tanah ditutup sementara," ungkap Ketut.
Kini Toya Devasya menjalankan strategi pemasaran dengan menyediakan spot-spot foto yang menarik bagi pengunjung. Ketut membangun banyak spot foto yang menarik sehingga tamu yang datang untuk mandi bisa sembari berfoto dengan pesona danau dan Gunung Batur. Ia menargetkan pengunjung tak hanya sekali datang ke Toya Devasya. Karena itu, inovasi menjadi hal yang penting.
”Foto diunggah ke media sosial. Efeknya akan ada banyak orang yang melihat dan menjadi penasaran ingin mencoba hal yang serupa. Jangan lupa untuk maintanance, tambahkan wahana yang belum ada, perbaiki quality service hingga manajemen, layanan serta makanan," tuturnya.
Tak rusak alam dan tak serakah
Dalam pengembangan fasilitas Toya Devasya, Ketut selalu memperhatikan lingkungan, sebisa mungkin tidak merusak alam. Menurutnya, pesona alam indahnya area sekitar Danau Batur dan Gunung Batur merupakan salah satu daya tarik bagi wisatawan. Jumlah kunjungan wisatawan masih seimbang antara domestik dan mancanegara.
“Tamu telah mencapai rata-rata 500 orang per hari,” ujar Ketut.
Saat ini, tengah dikembangkan Toya Devasya Ubud dengan konsep waterfall ecopark dengan tempat yang menarik untuk liburan dan berfoto.
“Jadi, lingkungannya sangat alami, dikelilingi dua sungai, sangat bagus sekali. Nah, di situ ada waterfall,” pungkas Ketut. (M-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved