SAMBIL mengambil sebuah alat tiupnya berupa suling, Guntur Sitohang, 79, langsung meniup perlahan. Tubuhnya mulai tak kuat menahan langkah sehingga ia pun berjalan menggunakan tongkat.
Opung (kakek) asal Sumatra Utara itu merupakan salah satu musikus yang setia pada nilai-nilai tradisi. Ia bersama keluarga besarnya di tepian Danau Toba masih melestarikan musik khas setempat yang disebut gondang batak. Ia lakukan agar warisan itu tak hilang.
"Gondang batang selalu kami tampilkan di berbagai acara adat, bergantung pada saat suasana apa dimainkan. Kalau acara kematian, ya musik (irama) yang sedih. Begitu pula kalau acara pernikahan, haruslah gembira," tutur Opung Guntur saat berbincang di kawasan Cikini, Jakarta.
Tidak hanya Opung Guntur yang sering bolak-balik Medan-Jakarta untuk mementaskan seni tradisi suku Batak Toba itu. Para perantau yang tinggal di Jakarta pun tidak melupakan akar rumput kesenian daerah untuk ditampilkan di tanah perantauan.
Keunikan gondang pun membuat sutradara Kris Aditya, misalnya, mengangkat lewat drama musikal berjudul GondangKemerdekaan, Agustus lalu. Kris pun menggandeng penyanyi Judika Nalon Abadi Sihotang. Judika mengaku senang. Ia bisa ikut mengangkat budaya leluhurnya.
Keberadaan gondang sebagai ensambel musik khas orang Batak memiliki makna. Itu berarti menunjukkan satu bagian, baik kelompok kekerabatan, tingkat usia, maupun orang-orang dalam tingkatan status sosial tertentu, terutama yang sedang menari (manortor) pada saat upacara berlangsung.
Berdasarkan data yang dihimpun, gondang sering diidentikkan dengan alat musik tradisi. Gondang dalam pengertian ensambel musik terbagi atas dua bagian, meliputi gondang sabangunan (gondang bolon) dan gondang hasapi (uning-uningan).
Kedua jenis ensambel musik itu menjadi ciri khas musik tradisi di Batak Toba. Secara umum fungsi kedua jenis ensambel tersebut hampir tidak memiliki perbedaan. Masyarakat menyajikan pada upacara yang berkaitan dengan religi, adat, dan seremonial lainnya.
Sebutan gondang dalam pengertian komposisi menunjukkan arti. Itu sebagai sebuah komposisi dari lagu (judul lagu secara individu). Biasa juga menunjukkan kumpulan dari beberapa lagu/repertoar. Masing-masing dapat dimainkan pada upacara yang berbeda. Itu bisa disajikan pula pada upacara untuk menari hingga upacara kematian.
Misalnya, gondang Si Bunga Jambu dan gondang Si Boru Mauliate. Kata si bunga jambu, si boru mauliate, dan malim merujuk pada komposisi lagu. Ini juga merupakan judul dari lagu itu sendiri.
Berbeda dengan gondang Samba dan gondang Elekelek (lae-lae) meskipun kata gondang di sini juga memiliki pengertian komposisi. Namun, kata itu memiliki pengertian yang menunjukkan sifat dari gondang tersebut. Artinya, ada beberapa komposisi yang bisa dikategorikan pada satu keluarga gondang.
Pada sebuah acara pernikahan di Pematang Siantar, misalnya, warga di sana masih menggunakan jasa musikus-musikus tradisional. Mereka tampil untuk memberikan suguhan gondang bagi para tetamu yang hadir.
Seorang rekanan, Nikson Imanuel Sihombing, 34, pernah menggunakan layanan kelompok gondang sekitar Rp10 juta per malam. "Itu budaya di sini sehingga perlu untuk menyemarakkan acara nikahan," kisahnya.
Mendengar alunan musik gondang sabangunan memberikan suasana yang semangat. Alat musik itu terdiri atas taganing, gordang, sarune, ogling oloan, ogling ihutan, ogling panggora, ogling doal, dan hesek.
Gondang dalam suatu acara upacara biasanya disajikan lewat beberapa repertoar. Pendahuluannya disebut gondangmula-mula (awal). Lalu, pemberkatan yang disebut gondang pasu-pasu (tengah), dan penutup yang disebut gondang hasatan (akhir).
Ketiga bagian gondang inilah yang biasa masyarakat Batak Toba sebut dengan istilah Si Pitu Gondang (Si Tujuh Gondang). Keberadaan musik tak terlepas dari upacara. Bahkan, gondang pun memiliki hubungan erat dengan Sang Khalik.
Pargongsi Para pemain instrumen-instrumen yang tergabung dalam komunitas gondang disebut pargongsi. Biasanya, orang Batak Toba tertarik mendengar alunan suara gondang karena keunikan suara. Namun, tidak semua orang mampu memainkan alat-alat tersebut, apalagi mencapai tahap pargongsi.
Opung Guntur mengaku untuk menjadi pargongsi tidaklah mudah. Syarat-syarat tertentu harus dipenuhi seseorang untuk dapat menjadi seorang pargongsi. "Syarat-syarat tersebut, antara lain, seseorang harus mendapat talenta, yaitu dari Mulajadi NaBolon (Sang Pencipta)," akunya.
Melalui proses belajar, seseorang dapat menjadi pargongsi plus talenta yang diberikan Mulajadi Na Bolon. Meski melalui proses belajar, jika tidak diberikan pengetahuan kepada seseorang, ia tidak menjadi pargongsi yang pandai. "Rendah hati dan tekun belajar menjadi kunci utama menjadi pargongsi," sambung Opung Guntur.
Umumnya, yang menjadi seorang pargongsi ialah laki-laki. Alasan utama, laki-laki merupakan hasil ciptaan dan pilihan pertama Mulajadi Na Bolon. Laki-laki lebih banyak memiliki kebebasan daripada perempuan. Pasalnya, para pargongsi sering diundang memainkan gondang ke berbagai daerah, terutama dalam suatu upacara adat.
Dalam konteks sosial, pargongsi mendapat perlakuan yang khusus. Prinsip stratifikasi yang berhubungan dengan kedudukan pargongsi masih bisa ditemukan berdasarkan pangkat dan jabatan. Seorang pargongsi mempunyai pengetahuan tentang aturan-aturan adat. Keberadaan mereka sangat penting guna menunjang suatu upacara.
Lewat instrumen gondang khas Batak Toba, ada nilai-nilai sosial dan religius yang tertanam erat. Opung Guntur pun kerap memainkan lagu-lagu bertema religius dan sekuler. Baginya, warisan leluhur harus dipertahankan selamanya. "Kalau rindu mainlah gondang karena ini warisan yang sudah lama ada di tanah kami," pungkasnya. (M-2)