"AH, yellow," seru Nafisha Fillah Izzati, 2, sembari menunjuk dinding kamar sang tante, Rabu (2/9). Tak bisa diam, bocah itu segera mengedarkan pandangan ke sisi lain, mencoba menebak apa yang diketahuinya, seperti tokoh kartun anak, Strawberry, hingga gajah yang berada di karpet plastik ruang menonton televisi. Nafisha memang kerap menyebut beberapa benda atau hewan dengan menggunakan bahasa Inggris. Hal itu ia tiru dari lingkungan sekitarnya.
Tak hanya meniru, bergaul dengan orang yang lebih dewasa juga menjadikan pemahamannya berkembang. Ia bukan mengerti karena langsung dicekoki, melainkan ada proses belajar yang membuat dirinya paham, hewan dengan telinga lebar dan belalai disebut gajah.
Nafisha bukan pemalu, ia bisa langsung saja bergabung dengan anak-anak lain yang usianya terpaut cukup jauh. Terkadang malah terkesan mengganggu dengan menendang bola yang sedang dimainkan ke saluran got. Anak-anak yang menggunakan bola itu terkadang meneriaki Nafisha.
Namun, karena dirinya tak lepas dari pengawasan, ia justru diajari untuk bertanggung jawab, "Ayo, kita ambil bolanya pakai serokan," ujar Icha, 13, ajak teman Nafisha.
Saat menjelang Hari Raya Idul Fitri lalu, Nafisha asyik mengaduk adonan kue dan membentuk menjadi bulat. Aktivitas itu ia tiru dari orang di sekelilingnya saat membuat kue.
Proses belajar pada periode emas juga diperhatikan ibu muda, Nurhikmah Kurniati, 27, yang bersama sang suami selalu menemani anaknya bermain.
Proses pengenalan dengan benda dan alam sekitar dimulai dari hal terdekat, seperti perabot, gambar, hingga warna. Proses belajar dengan pendampingan dan rasa bahagia yang dipancarkan kedua orangtua membuat putri pertama mereka, Nadhira Zulfa Adzkia, 2, tak segan untuk bertanya berbagai hal yang belum ia ketahui.
"Aku kenalin dengan hal-hal di sekitar lingkungan dahulu, bahkan kalau ada tikus atau kecoa lewat, aku kenalkan. Nah, kalau Nadhira lihat lebih dulu, dia akan tanya langsung, 'Itu apa, ma'," ungkap perempuan yang akrab disapa Iik itu sembari menirukan percakapan dengan anaknya.
Bermain kotor tak menjadi pantangan karena Nadhira amat senang bermain di kebun. Sayangnya, di rumahnya di kawasan Tangerang susah ditemukan kebun, tapi ia memilih ikut menyiram tanaman bersama orangtuanya. Saat berkunjung ke tempat sang kakek, Nadhira selalu ikut pergi ke kebun untuk mencabut singkong.
Bebas bereksplorasi memang penting bagi Iik, tetapi yang tak kalah penting yaitu asupan nutrisi bagi si buah hati. Iik sangat memperhatikan nutrisi karena memengaruhi daya kritis dan aktivitas geraknya.
"Dia senangnya corat-coret tembok juga, tetapi sekarang aku alihkan. Bukan dengan melarang, melainkan langsung memberikan kertas dan katakan lebih baik menggambar di atas kertas saja," ucap Iik.
Ahli nutrisi, Saptawati Bardosono, mengungkap ada hubungan penting antara perut dan otak. Pencernaan yang sehat akan menstimulasi perkembangan otak secara maksimal karena tidak hanya fisik yang diperhatikan, tetapi juga elemen kecerdasan dan emosional.
"Tak hanya makanan, susu juga harus diperhatikan supaya bisa mendapatkan energi dan gizi yang cukup dan baik," tukas Saptawati dalam acara dukungan eksplorasi anak dari produk susu Bebelac di Kembang Goela Jakarta, Rabu (2/9).
Saptawati juga menyarankan nutrisi bagi anak harus diperhatikan sejak dalam kandungan. Jika tidak, janin akan tetap bisa beradaptasi tetapi perkembangannya menjadi tidak baik. Contohnya, organ dalam dan luar bayi tersebut akan mengecil. Bermain gawai Perkembangan teknologi yang pesat membuat anak kecil yang baru berusia dua tahun sudah akrab dengan gawai. Tidak berarti salah, terkadang penggunaan gawai justru dilakukan untuk pengenalan akan lagu-lagu anak yang sudah sangat jarang muncul di televisi. Melalui gawai juga, anak-anak di periode emas mulai 1-5 tahun belajar bahasa asing, terutama bahasa Inggris.
Psikolog Roslina Verauli menyebut gawai bukan harus disingkirkan, melainkan dibatasi. Meskipun banyak yang bisa dipelajari, itu tidak optimal bagi tumbuh kembang anak baik dari segi IQ, EQ, ataupun motorik.
Eksplorasi langsung lebih dibutuhkan karena anak dapat langsung berkomunikasi dan berinteraksi, menjadikannya tumbuh cerdas dan aktif. Daya kritis lebih terasah sehingga membuatnya lebih banyak tahu. Sementara itu, jika bermain gawai, komunikasi dan interaksi hanya berlangsung satu arah.
"Kunci mengoptimalkan tumbuh kembang anak itu haru bahagia, jangan judes nemenin anak bermain apalagi marah-marah ha ha ha. Kalau enggak bahagia nanti enggak maksimal perkembangannya, orangtua bahagia, anak juga ikut bahagia sehingga memicu keluarnya hormon bahagia yang bisa mengubah kandungan gula dalam darah menjadi nutrisi.
Sementara itu, untuk bermain gawai, bagi beberapa anak dengan gangguan tumbuh kembang ada yang lebih mudah dioptimalkan dengan bantuan gawai," tutur Vera. (M-4)