Headline
Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.
Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.
KETUA Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK) dan Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Lubuklinggau, Sumatra Selatan Yetti Oktarina, dikutip Senin (16/10), menceritakan kisah dan asal-usul Batik Durian yang menjadi ciri khas daerahnya.
Seperti namanya, kain Batik itu bermotif buah durian, yang kini menjadi ciri khas kota paling barat dari provinsi Sumatra Selatan, Lubuklinggau.
"Lubuklinggau memiliki salah satu durian yang paling enak, kalau tidak percaya, datang langsung ke mari," ujar Yetti sembari tertawa kecil.
Baca juga : Ini Cara Eni Joe Gaungkan Komitmen Cinta Budaya Tanah Air
Raja Buah itu, cukup banyak digemari masyarakat lokal Sumatra. Bentuknya yang unik rupanya menarik perhatian besar ketika dituangkan menjadi motif Batik. Bahkan, Batik Durian Lubuklinggau kini telah dikenal hingga pecinta fesyen dunia.
Ide itu, muncul satu dekade lalu, tepatnya pada 2013, ketika Yetti, istri Wali Kota Lubuklinggau periode 2013-2018 dan 2018-2023 Prana Putra Sohe itu, tengah mencari suatu ciri khas yang bisa dijadikan ikon kota itu.
"Ini muncul karena Lubuklinggau sebelumnya tidak punya ciri khas khusus, sementara, menurut saya, sebuah kota atau kabupaten harus punya ciri khas yang menjadi kebanggaan, atau sesuatu yang akan dicari orang ketika datang ke tempat kita," ungkap Yetti.
Baca juga : Indonesia Now Siapkan Diri Tampil pada Ajang New York Fashion Week 2024
Yetti menjelaskan, Kota Lubuklinggau dikenal dengan sebutan Kota Transit karena berada persis di persimpangan jalan lintas tengah Sumatra. Dalam perkembangannya, jasa adalah salah satu sektor penyokong ekonomi terbesar kota itu.
Alasan itulah, yang menurut Yetti, membuat Lubuklinggau tidak memiliki sesuatu yang dapat menjadi ciri khas. Ia pun akhirnya berinovasi dengan menggunakan durian sebagai motif andalan wastra dari Lubuklinggau.
"Saya tidak mau terperangkap pada yang namanya filosofi khusus, karena saya pikir Lubuklinggau adalah kota baru, kota yang baru dibekalkan, jadi, kain kita pun bisa jadi kain yang baru, tanpa harus terjebak dengan filosofi khusus," kata dia.
Baca juga : Sinopsis Film OOTD (Outfit Of The Designer), Film Pertama Bertema Fesyen
"Jadi memang saya bebaskan desainnya seperti itu, dibantu beberapa pengrajin dari Pekalongan pada awalnya," tambah Yetti.
Tahun demi tahun berlalu, dari yang awalnya tidak ada sama sekali pengrajin wastra di sana, kini sudah lebih dari 350 pengrajin lokal yang terdiri atas kebanyakan ibu rumah tangga, menuangkan kreasi pada Batik Durian Lubuklinggau. Saat ini, kreasi motif durian pada batik tersebut telah tercipta ratusan desain.
Meski baru berumur 10 tahun, batik yang sarat dengan warna-warna cerah itu cukup banyak digemari berbagai kalangan, kepopulerannya pun melesat begitu cepat hingga taraf dunia.
Baca juga : Jihane Almira Ambil Peran di Film OOTD karena Nasionalismenya pada Batik
Batik Durian Lubuklinggau berhasil menebarkan pesonanya di Milan Fashion Week 2021 dan 2022 di Milan, Italia.
Di ajang fesyen bergengsi dunia itu, jenama busana lokal, JYK, memanfaatkan batik durian untuk dijadikan koleksi bertema Revolutionary Hope bergaya punk untuk menjamah pasar generasi muda.
"Sejak selesai Milan Fashion Week, pesanan melonjak hingga lebih dari 1.500 lembar, tidak hanya orang Indonesia, tapi juga masyarakat dunia menyukainya," pungkas Yetti. (Ant/Z-1)
Tunik bercorak lily air yang berpadu dengan batik itu mudah dipadupadankan dengan rok ataupun celana
Beragam busana batik bisa dikenakan dengan outer baik polos maupun bermotif
Akhir pekan ini, jalan-jalan ke Temu Bisnis Kemitraan Nasional Rantai Pasok (Kenarok) di Living World Alam Sutera, Tangerang Selatan, Banten, yuk!
Beberapa bikini dengan cuttingan yang modis dipercantik dengan sentuhan motif batik parang bisa menjadi pilihan yang pas sebagai pakaian renang bernuansa wastra dengan gaya yang trendi.
Melalui tema “A Journey into Indonesia's Batik Philosophy”, para tamu diajak untuk memahami lebih dalam makna-makna filosofis motif batik.
Yuk ke Inacraft 2025 yang digelar 5-9 Februari 2025 di JCC. Tahun ini, pameran aneka kriya dari penjuru Nusantara itu mengusung konsep Sustainability and Collaboration.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved