GERIMIS membasahi Kota Bologna, suatu senja menjelang akhir Januari lalu. Musim dingin dengan suhu udara antara 4 hingga 6 derajat celsius yang menyelimuti tidak menyurutkan segala aktivitas di Ibu Kota Region Emilia Romagna, Italia, tersebut.
Lampu listrik yang mulai menerangi seluruh penjuru menimbulkan efek makin cantik pada kota itu, ketika sinarnya memantul di jalanan dan bangunan-bangunan tua bersejarah yang basah oleh gerimis. Tidak terlihat orang berjalan tergesa menghindari gerimis saat berada di kota yang terletak di bagian utara Italia itu.
Semua bisa menikmati suasana kota dalam cuaca hujan sekalipun karena bagian depan hampir seluruh bangunan memiliki selasar selebar 4 meter, sehingga siapa pun bisa menyusuri kota dengan berjalan kaki di bawah selasar di depan jajaran pertokoan, butik desainer pakaian merek terkenal, kafe, kantor, gereja, hingga museum tanpa terganggu cuaca.
Selasar gedung-gedung di sepanjang Via (Jalan) dell'Indipendenza ialah salah satu yang dipadati pejalan kaki untuk mendatangi pertokoan, restoran atau kafe yang berjajar di sepanjang jalan pada senja itu.
Aroma kopi, cokelat, aneka kue, dan makanan lainnya menyeruak dari arah sejumlah kafe di tengah udara dingin membuat siapa pun tergoda untuk singgah dan menikmati minuman hangat serta kudapan lezatnya.
Tidak mengherankan bila hampir semua kafe dan restoran yang ada di sepanjang Via dell'Indipenedenza yang membentang sekitar 2,5 km itu dipenuhi pengunjung. Apalagi, salah satu jalan terpanjang yang membelah kota seluas 140 km persegi tersebut juga merupakan jalan menuju Piazza Maggiore yang disebut-sebut sebagai alun-alun terluas, terindah, dan tertua di Italia, sekaligus merupakan titik pusat Kota Bologna (dibaca Bolonya) sehingga dilalui banyak orang.
Sejarah di mana-mana Jika kita menyusuri Via dell'Indipendenza dari arah Piazza XX Settembre menuju Piazza Maggiore, akan melewati sejumlah tempat-tempat bersejarah yang mengagumkan. Tengok saja Giardini (Taman) Montagnola yang mulai dibuka untuk umum pada abad ke-17, Arena del Sole Theatre, Gereja Katedral San Pietro, dan Air Mancur Neptune dengan bagian tengahnya terdapat patung Dewa Neptune yang sedang membawa tombak trisula.
Air mancur Neptune yang berada di Piazza Nettuno, tepat di samping Piazza Maggiore, ialah salah satu lokasi yang tidak pernah sepi dari pengunjung. Bagi wisatawan, berfoto di air mancur yang dibuat pada abad ke-16 itu merupakan bukti bahwa ia telah berkunjung ke kota yang juga terkenal karena kelezatan makanannya itu.
Menurut Christina, warga setempat yang menemani saya menyusuri Bologna senja itu, tombak trisula yang digenggam Dewa Neptune pada air mancur itu pulalah yang digunakan sebagai logo mobil mewah produksi negeri tersebut, Maserati. ''Pada tahun 1940, Alfi eri Maserati mengambil (menjadikan) trisula seperti yang dipegang Dewa Neptune untuk logo mobil produksi perusahaannya,'' ujarnya.
Tiba di Piazza Maggiore, tepat menghadap alun-alun tersebut terdapat Gereja Basilica San Petronio yang megah. Selain gereja, masih ada lima bangunan penting lainnya yang mengitari Piazza Maggiore, yaitu Palazzo del Podesta, Palazzo re Enzo, Palazzo Comunale, Palazzo dei Notai, dan Palazzo dei Banchi. Semuanya Indah. Palazzo Comunale atau biasa disebut juga Palazzo d'Accursio kini berfungsi sebagai Balai Kota Bologna dan tiga museum di dalamnya.
Sebagian besar wisatawan yang berkunjung ke Bologna menjadikan Piazza Maggiore sebagai titik awal untuk menyusuri Kota Bologna. Pada zaman dahulu, alun-alun ini ialah tempat berkumpul warga untuk mendengarkan pengumuman dari pemerintah setempat atau menyaksikan eksekusi para penjahat. Kini, lokasi itu sering digunakan untuk menggelar pesta rakyat.
Tidak jauh dari Piazza Maggiore, terdapat dua menara kembar atau Due Torri yang dibangun pada abad ke-11, yang juga menjadi ikon Bologna. Meski disebut kembar karena bentuknya yang sama persegi, sebetulnya ketinggiannya berbeda. Menara Asinelli memiliki ketinggian sekitar 100 meter dan untuk mencapai puncaknya, pengunjung harus menaiki sekitar 500 anak tangga, sedangkan menara yang berdiri di sampingnya, Garisenda lebih rendah.
Menara Asinelli dan Garisenda merupakan bagian dari sekitar 20 menara yang tersisa di Bologna. Antara abad ke-12 hingga 13, di kota itu terdapat ratusan menara yang dibangun oleh penduduk bangsawan kota tersebut sehingga Bologna juga sempat disebut sebagai Kota 101 Menara. Konon, fungsi menara ketika itu selain untuk mengamati kondisi kota dan situasi pada zaman perang, juga merupakan simbol kemapanan satu keluarga.
Pilar pengantar suara Di dekat Piazza Maggiore juga ada tempat unik sekaligus menakjubkan, yaitu Menara Arengo, menara yang juga disebut sebagai protect the city dengan kubah di bagian atapnya memiliki empat pilar. Bila kita datang tidak sendirian, berdirilah menghadap salah satu dinding pilar dan seorang lainnya berdiri menghadap pilar lain yang posisinya berseberangan.
Kemudian, berbisiklah dengan sangat pelan. Maka yang terjadi, seseorang yang berdiri di pilar seberang akan mendengar dengan jelas apa yang kita bisikan. Demikian juga sebaliknya. Padahal, jarak antarpilar sekitar 10 langkah orang dewasa. Wow...!
Masih banyak tempat menarik lainnya yang bisa dikunjungi selama berada di Bologna atau yang dahulu bernama Felsina, kemudian sempat berganti nama menjadi Bononia tersebut. Namun, selain menyusuri tempat-tempat bersejarah dan mengagumkan, jangan lupa menikmati aneka kudapan yang tersaji di kota ini.
Kota yang sebagian gedungnya dicat dengan warna mencolok tersebut juga terkenal karena kelezatan kulinernya, sehingga siapa pun punya kesempatan memanjakan lidah. Aneka pasta, seperti spageti, tortellini, lasagna, dan mortadela yang disajikan di kota ini disebut-sebut sebagai yang terenak di Italia.
Cokelat panas Senja itu, untuk mengusir dingin menggigit, mampir sejenak di Zanarini Cafe yang terletak di Piazza Galvani 1, sekadar untuk menikmati secangkir cokelat panas yang sedari tadi aromanya mengumbar ke udara di antara wangi parfum para pengunjung.
Saat menikmati cokelat panas di ibu kota gastronomi Italia ini, jangan pernah membayangkan cokelat panas Prancis ataupun Indonesia yang disajikan encer dengan campuran susu. Secangkir cokelat panas di Bologna disajikan dalam kondisi superkental, lebih mirip dengan cokelat yang ditim. Untuk menikmatinya harus disuap sendok demi sendok, kemudian dilumat perlahan.
Setiap cangkir cokelat panas disajikan dengan segelas air putih untuk memudahkan menelannya, sebab kental dan pekatnya cokelat panas Bologna bahkan bisa menempel lekat pada setiap cookies yang kita celupkan ke dalamnya.
Sementara itu, untuk menikmati pasta sebagai menu utama saat makan malam, bisa singgah di sejumlah restoran yang menyajikan menu itu. Di Il Moro Ristorante yang berada di Via Falegnami 5, misalnya spageti hijau bersaus krim yang disajikan dengan sepotong besar daging sapi atau ayam panggang ditemani segelas anggur merah ataupun minuman apa pun kesukaan kita, ialah pilihan tepat untuk mengisi perut yang mulai lapar setelah berkeliling Kota Bologna sejak senja di udara dingin.(M-1)