Headline
Dalam suratnya, Presiden AS Donald Trump menyatakan masih membuka ruang negosiasi.
Dalam suratnya, Presiden AS Donald Trump menyatakan masih membuka ruang negosiasi.
Tidak semua efek samping yang timbul dari sebuah tindakan medis langsung berhubungan dengan malapraktik.
NAMA Freddy Budiman ialah catatan kelam dalam perang melawan narkoba di Indonesia. Berkali-kali ditangkap tidak membuatnya kapok, bahkan kemudian menjalankan bisnis barang haram itu dari dalam tahanan.
Freddy pertama ditangkap pada 2009 karena memiliki 500 gram sabu dan divonis tiga tahun empat bulan penjara atas kasus tersebut. Pada 2011, ia kembali berurusan dengan petugas karena memiliki ratusan gram sabu dan bahan pembuat ekstasi, kemudian menjalani kurungan 18 tahun.
Namun, ia justru menjadikan LP Cipinang, Jakarta, sebagai markas bisnis narkoba dan mengimporsebanyak 1,4 juta butir ekstasi dari Tiongkok. Pada 2014, ia membuat pengakuan mengejutkan kepada Haris Azhar kalau dirinya meminta bantuan polisi, BNN (Badan Narkotika Nasional), dan Bea Cukai untuk memasukkan narkoba ke Indonesia. Kisah pria kelahiran Surabaya, Jawa Timur, itu akhirnya selesai di usia 39 tahun lewat eksekusi pada 29 Juli 2016 di Lapangan Tunggal Panaluan, Nusakambangan, Cilacap, Jawa Tengah.
Meski dikenang masyarakat sebagai gembong narkoba, Freddy dikenang berbeda oleh sang anak Fikri Budiman. Hadir sebagai bintang tamu Kick Andy episode Takdirku Mengejutkan yang tayangpada pukul 21.05 WIB di Metro TV malam ini, Fikri menuturkan perjalanan hidupnya sebagai anak Freddy.
Fikri lahir di Bandung, Jawa Barat, dari istri ke-2 Freddy. Kakak perempuannya dari istri pertama Freddy menetap di Pulau Kalimantan. Adik laki-lakinya, dari istri ke-3 Freddy, menetap di Bangka Belitung. Fikri masih memiliki satu orang adik lagi, seorang perempuan. Sementara itu, ibu sambungnya yang terakhir masih mendekam di tahanan sebagai kaki tangan mendiang ayahnya.
Fikri menjadi anak yang sempat tinggal lama dengan Freddy. "Mungkin separuh hidupku, sih, enggak sama papa, tapi bisa dikatakan dari aku lahir sampai sekitar umur delapan tahun tinggal sama papa. Sesudah itu papa berkelana, aku tinggal dengan tante. Setelah sekian lama ketemu lagi sama papa di umur aku 13 tahun," kata Fikri kepada Andy F Noya.
Semasa kecil, Fikri berpindah-pindah rumah, mulai Lebak Bulus, Surabaya, Bangka Belitung, Puri, Pantai Mutiara, Pondok Indah, dan BSD, Tangerang. Ia mengaku dikelilingi kemewahan, tetapi tidak pernah bertemu dengan ibu kandungnya.
Freddy kerap bepergian dengan alasan pekerjaan, tetapi ketika kembali ke rumah akan mencurahkan waktu untuk Fikri. Mereka berjalan-jalan dan berbelanja mainan.
Pada usia 13 tahun, Fikri baru mengetahui bahwa ayahnya seorang bandar narkoba ketika Freddy tertangkap polisi. "Tahun 2012, kondisinya lagi Lebaran, lagi makan keluarga di salah satu restoran di Surabaya. Tiba-tiba di TV di restoran itu menyiarkan sebuah berita tentang papa. Tapi karena belum dimunculkan muka papa, kita sekeluarga kurang familier dengan nama Freddy Budiman karena panggilan keluarga papa ialah nama Budi. Tapi pada saat itu yang tahu papa seorang bandar narkoba, kakaknya papa dan ibunya oma. Jadi, pertama kali tau di TV setelah muncul muka papa," kenangnya.
Fikri mengaku syok karena selama itu hanya mengetahui sang ayah berjualan HP dan memiliki optik kacamata. "Aku menahan emosi marah, sedih, kaget karena selama ini tahunya papa seorang pengusaha saja. Tahunya selama ini usahanya yang halal aja," katanya.
Ketika akhirnya dapat menemui sang ayah di penjara di Jakarta, amarah yang ia pendam langsung menguap. "Enggak sempat marah pada saat itu. Ketika ketemu papa pertama kali, aku langsung meluk, langsung nangis, papa minta maaf langsung di situ," kenangnya.
Saat berulang tahun ke-17, Fikri pun mendapat kado yang selama itu ia idamkan. "Ketika umur aku 17 tahun, aku minta satu kado sama papa pas di LP, pengin ketemu sama mama. Baru di situ papa ngasih alamat mama, barulah ketemu sama mama," ucapnya.
Pesan Freddy
Menjalani takdir sebagai anak gembong narkoba diakui Fikri tidak mudah. Meski begitu, ia bersyukur akan didikan keras sang ayah yang mampu menguatkan mentalnya.
"Karena didikan dari papa dan keluarga papa yang memang keras, jadi aku terdidik untuk tidak mendramatisasi suatu masalah. Ketika ketemu suatu masalah, aku mencari solusinya saja, gimana caranya keadaan harus berubah," paparnya.
Terbukti, ia bisa melanjutkan pendidikannya dengan baik hingga mendapatkan kesempatan pertukaran pelajar ke luar negeri. "Dari dulu papa concern sama pendidikan aku. Selalu ditempatkan di sekolah yang menurut aku bagus, di sekolah yang memiliki standar yang baik dari SD sampai kuliah," ungkapnya.
Menjelang eksekusi mati Freddy, Fikri sempat mengobrol panjang dengan sang ayah. "Di tiga hari terakhir, sebenarnya aku ngerasa semua obrolan adalah pesan dari papa. Cuma yang paling aku inget banget pas waktu mau habis dan aku harus segera keluar, papa ngomong deket banget sambil meluk. 'Udah, dede jangan nangis, pesan papa itu dede harus jadi cowok yang kuat, punya mental yang kuat, jangan pernah tergila-gila sama dunia, uang'," kenangnya.
Pada 2021, Fikri mencoba berbicara ke publik siapa dirinya. Ia menuturkan dirinya ingin membenarkan informasi yang tidak tepat tentang ayahnya. "Banyak hal yang perlu dibenarkan karena berita-berita yang beredar di media sosial tentang papa, salah satunya banyak yang bilang kalau papa itu bermula dari pencopet. Itu sudah pasti tidak benar," paparnya.
Meski begitu, Fikri mengatakan bahwa dirinya tidak membenarkan apa yang telah dilakukan ayahnya. "Yang papa lakukan adalah salah, tapi bagaimanapun dia seorang ayah bagiku dan walaupun dia terlihat seperti itu, banyak hal yang positif yang dia telah berikan ke aku. Hal itulah yang mencoba aku sebarkan ke masyarakat," pungkasnya. (M-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved