Headline
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.
DALAM Kick Andy episode Berjuta Buku untuk Indonesia ini, hadir pula pemandu acara sekaligus aktor Helmy Yahya, yang menjadi co-hostmenemani Andy F Noya. Selain kepeduliannya pada literasi, Helmy juga tergerak hatinya untuk menginisiasi sebuah gerakan dan mengajak Benihbaik.com serta masyarakat luas untuk menggencarkan penyediaan buku cetak.
Pria yang berkarier sejak 1978 itu meyakini buku cetak masih diperlukan dan tidak tergusur buku elektronik (e-book). "Data dari UNESCO, dari 60 atau 70 negara yang disurvei, kita juru kunci nomor dua dari bawah. Kenapa? Persoalannya adalah ketersediaan buku menyedihkan. Satu buku untuk lebih dari 100 orang. Satu tahun, buku yang kita terbitkan hanya dua juta buku. Sementara itu,penduduk kita 270 juta, berebut itu, belum lagi di daerah 3T (terdepan, terluar, dan tertinggal), itu lebih menyedihkan lagi," kata pencetus Gerakan Berbagi Jutaan Buku untuk Indonesia itu.
Lebih lanjut ia mengatakan bahwa anak-anak yang berada di kota sudah jarang membaca buku cetak karena dukungan internet yang lancar. Namun,anak-anak di perdesaan sangat bergantung pada buku cetak.
"Kita harus bergerak sama-sama, saya sudah mengajak banyak orang, termasuk ratusan penerbit, bergabung dalam gerakan ini dan mereka siap support dengan memberikan harga yang sangat-sangat ringan. Ini terbuka untuk siapa saja yang mau bergabung," ujar penulis sejumlah buku tersebut.
Terkait kebiasaan membaca, Duta Baca Indonesia 2006-2011, Tantowi Yahya, mengatakan bahwa kebiasaan membaca bukan turunan, melainkan proses dari penularan. Selain itu, ia mengutarakan harapannya dengan buku-buku saat ini.
"Sekarang ini tantangannya semakin berat,terutama sejak adanya gadget. Saya tetap berharap buku itu murah. Contohnya, India yang mencetak buku miliaran per tahunnya dan itu dibuat sedemikian murah karena memakai kertas yang biasa saja. Yang penting kontennya," tutur pria yang juga kakak Helmy Yahya itu dalam video taping yang diputar langsung di Studio Metro TV.
"Sehingga buku itu tanpa disubsidi pemerintah pun buku itu murah. Kita hendaknya menuju ke sana. Buku itu yang penting kontennya bisa dibacakarena kalau kita bawa ke daerah, buku itu lebih mahal dari biaya makan mereka," lanjutnya.
Terkait persoalan variabel membaca, Duta Baca Indonesia 2021-2026 Gol A Gong memberikan pandangannya. "Dalam urusan variabel membaca ini, kami jatuh bangun, Perpusnas (Perpustakaan Nasional) sudah punya data baru, satu buku ditunggu 90 orang, jadi bukan enggak mau baca. Akhirnya, saya temukan masalahnya, satu, kepala dinas yang merasa dibuang sehingga dia tidak kreatif dan memotivasi pustakawan-pustakawan di perpustakaannya," katanya dalam video tapingyang diputar langsung di Studio Metro TV.
"Kedua, akses perpustakaan sulit. Di Jawa, Sulawesi, Sumatra, itu pesta pora karena toko buku dan perpustakaan di mana-mana. Nah, di Bali sampai Papua, orang pengin ke perpustakaan susah. Ketiga, distribusi bukunya susah," lanjutnya.
Helmy juga menekankan pentingnya kehadiran tokoh-tokoh lokal untuk memperjuangkan kesadaran literasi.
"Itulah yang kita harapkan, kita itu memang kekurangan hero. Jadi, ini disebut juga pahlawan tidak dikenal yang melakukan kebaikan dan tanpa berharap untuk terkenal. Jadi, itu yang kita harus salut, harus angkat topi, dan kita harus berikan penghargaan," pungkasnya. (Nas/M-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved