Headline
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.
BATHARA Saverigadi Dewandoro adalah salah satu bukti masih cerahnya masa depan seni tari Jawa. Berusia 25 tahun, jejaknya dalam pelestarian tari tersebut sudah cukup panjang.
Tidak hanya membawakan tari yang sudah ada, Bathara juga mengembangkan drama wayang. Kiprahnya sebagai koreografer bahkan telah mengantarkannya meraih rekor dari Museum Rekor Dunia Indonesia (Muri) pada 2013. Di saat masih duduk kelas 2 di SMU Angkasa 2 Jakarta Timur itu ia sebagai koreografer kelas dunia termuda berbasis seni tari tradisi.
"Kami membentuk karya yang basic-nya memang musikal, namanya drama wayang. Nah, drama wayang itu mengembangkan cerita-cerita wayang yang memang tadinya wayang orang itu berbahasa Jawa, tetapi di drama wayang ini kita menggunakan bahasa Indonesia," kata koreografer dan sutradara di rumah produksi Swargaloka ini.
Lebih lanjut, Bhatara menjelaskan jika drama wayang itu bertujuan mengenalkan cerita-cerita pewayangan pada seluruh masyarakat, bukan hanya etnik Jawa. “Begitu juga dengan kostum, musik, dan koreografinya dikembangkan juga dari basic-basic tradisinya," lanjutnya.
Belum lama ini drama wayang itu juga dipentaskan di Festival Musikal Indonesia (FMI) pada 20-21 Agustus 2022. Swargaloka membawakan cerita sejarah Sultan Agung, yang merupakan Raja Kesultanan Mataram yang memerintah 1613-1645.
Darah seni Bathara mengalir dari kedua orangtuanya, Suryandoro dan Dewi Sulastri, yang merupakan seniman tari asal Yogyakarta dan pendiri Swargaloka. Rumah produksi yang dibentuk 17 Juni 1993 ini bertujuan mewadahi kreativitas dan menciptakan lapangan kerja untuk para seniman. Saat ini Swargaloka mempunyai penari berjumlah sekitar 90 orang yang rata-rata masih pelajar.
Pada 2002, Swargaloka Art Department mendirikan Yayasan Swargaloka sebagai payung hukum dalam melakukan berbagai aktivitas kesenian. Berbagai karya baru tercipta dan banyak pementasan terselenggara baik di dalam maupun di luar negeri. Beberapa pentas yang diselenggarakan di luar negeri di antaranya Indonesia Night di India pada 2008, Changshu International Folklore Festival pada 2015, dan Pameran Indonesia Wellington, Selandia Baru, pada 2016.
Swargaloka mengemas wayang orang sebagai sebuah industri yang menyasar ke anak muda di metropolitan. Bathara bersama teman-temannya di Swargaloka menyebarkan karya-karya mereka di kanal Youtube Swargaloka Art untuk bisa dipelajari siapa pun yang ingin mempelajari karya-karya tersebut.
“Dengan sajian yang lebih menghibur, atraktif, dan dinamis supaya anak-anak muda yang belum paham dengan tradisi bisa ikut larut dalamnya,” pungkasnya. (*/M-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved