Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
SENIMAN Agus Suwage menghadirkan pameran tunggal The Theater of Me di Museum Macan, Jakarta. Akan dibuka untuk publik mulai 4 Juni ini, pameran itu sebagian besar merupakan karya potret diri sang seniman yang diambil dalam kurun waktu 30 tahun.
Direktur Museum Macan Aaron Seeto mengatakan pameran itu dipilih berdasarkan konsistensi kekaryaan Agus selama ini. “Bagaimana saya menemukan (Agus) dan karya-karyanya adalah bagaimana konsistensinya dia yang cukup baik. Sekaligus juga mendengar kiprahnya. Isu yang muncul juga bisa dirasakan di masa pandemi saat ini. Sehingga relevansi dan konsistensi menjadi pertimbangan Museum Macan,” kata Aaron Seeto saat konferensi pers pameran tunggal Agus Suwage The Theater of Me di Museum Macan, Kebon Jeruk, Jakarta Barat, Kamis, (2/6).
Karya terbaru yang dihadirkan di pameran tersebut salah satunya, bertajuk Potret Diri dan Panggung Sandiwara (2019). Karya serial yang terbuat dari cat minyak di medium seng dengan diameter 80 x 60 sentimeter itu menampilkan seri potret wajah Agus dalam berbagai rupa. Karya ini menurut Agus sengaja diciptakan untuk pameran tunggalnya saat ini, yang sebenarnya direncanakan digelar pada 2020.
Pameran yang digagas Macan ini juga membuat Agus bernostalgia dengan karya-karya lamanya. Hampir 50% adalah sudah menjadi koleksi pihak lain dari seluruh karya yang ditampilkan. Sebab itu, pameran tunggal ini juga serupa pertemuan kembali dengan ‘anak-anaknya.’
Dalam pameran itu tersusun pula kekaryaan yang berdasar lini masa. Mulai dari masa awal ia berkarya sebagai seniman yang menggarap seni murni setelah berkarier secara profesional sebagai desainer grafis, kemudian kurun waktu saat namanya melambung, bagian instalasi, dan penutup yang berisi beberapa materi karya bermuatan reflektif soal personal Agus.
“Pada karya-karya saya di awal, itu ada pengaruh sosial politik yang sangat gamblang. Lalu dalam perkembangannya, menjadi lebih cair, lebih halus. Menyinggung tentang kehidupan sehari-hari, tentang norma agama,” tutur Agus. Ia kemudian melanjutkan jika tema-tema yang diangkat sebenarnya hanya menggali lagi dari karya lama. Namun hal itu bukan masalah buatnya.
“Buat saya ketika sesuatu itu masih relevan dan mengganggu, saya akan mengeluarkan karya tersebut. Menjadi semacam medium untuk mengeluarkan unek-unek,” tambahnya. Total, ada sekitar 80 karya yang ditampilkan di pameran yang akan berlangsung hingga 15 Oktober 2022. (M-1)
Studio Folio bukan sekadar platform pameran, tetapi sebuah ekosistem terbuka tempat kolaborasi, diskusi, dan pertukaran ide terjadi secara aktif.
Pameran ini menjadi debut pertama Iurum di Indonesia, sekaligus pameran tunggalnya yang ke-10 secara global.
Sebagai “The Home of World Class Brands”, IndoBuildTech Expo 2025 menjadi platform interaksi bisnis onsite utama bagi lebih dari 550 Exhibitors.
Grand Ballroom Vivere Hotel, Artotel Curated hadir menjadi pilihan istimewa untuk menjadi saksi awal kisah cinta yang baru dengan menghadirkan ruangan elegan dan hangat.
Pameran Artjog, lanjut Irene, juga mencoba melampaui tujuan komersial semata dengan visi yang lebih luas, yaitu memberi dampak positif bagi lingkungan dan masyarakat.
Lokapasar khusus produk rumah tangga dan gaya hidup atau home and living, Renos, menggelar Renos Fair 2025 berkolaborasi dengan Semasa Piknik.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved