PILIHAN childfree bahkan sudah diambil Victoria Marsiana Tunggono sejak remaja. Perempuan yang akrab disapa Tory itu mengaku sejak usia 14 tahun telah memutuskan tidak ingin memiliki anak. Ia kemudian menuangkan pemikirannya dalam buku Childfree & Happy.
“Saat itu saya masih usia 14 tahun. Ada sebuah kejadian yang saya lupa, tapi saat itu saya bicara suatu hal yang membuat mamaku kaget dan menangis, omonganku ke mama cukup frontal dan menyakiti hatinya. Tapi di ditu aku jadi mikir kalau aku punya anak nanti, aku akan mengalami seperti ini,” tuturnya.
Kini, di usia 38 tahun, Tory masih tetap dengan pendiriannya karena khawatir bisa menjadi sebuah toxic bagi sang anak kelak. Masih melajang, Tory mengaku hidupnya tidak kurang kebahagiaan.
“Ketika orang mendengar aku yang tidak ingin punya anak, aku merasa orang-orang berpikir ‘suatu hari nanti kamu akan berubah’. Tapi aku juga punya impian untuk memiliki rumah tangga tanpa anak agar bisa selalu romantis, fokus, dan tidak terganggu dengan urusan anak,” ujar Tory.
Sementara itu, psikolog klinis Analisa Widyaningrum yang menjadi co-host dalam episode kali ini menuturkan bahwa tren childfree semakin meningkat di luar negeri. “Ada sekitar 2,2% perempuan di Amerika yang memutuskan untuk childfree dan saat ini perkembangannya cukup signifikan hingga di angka 6%. Di Eropa juga menunjukkan pada 2004 ada 6 dari 10 wanita memilih childfree,” jelasnya.
Di sisi lain, berdasarkan penelitian, ditemukan bahwa hidup tanpa anak tidak berhubungan dengan kebahagiaan ataupun kesepian. “Penelitian menunjukkan baik yang childfree maupun nonchildfree punya potensi yang sama untuk mengalami kesepian di masa tua,” kata Anna. (*/M-1)